REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV – Lebih dari 40 aktivis pro Palestina pada Ahad (15/4) ditahan otoritas Israel di Bandara Internasional Ben Gurion Tel Aviv. Israel menolak mereka masuk untuk mengikuti kampanye “Selamat Datang di Palestina". Para aktivis akan diusir dari Israel.
Juru bicara polisi, Micky Rosendfeld mengatakan, 45 orang ditolak masuk di bandara Ben Gurion pada malam hari dan akan dideportasi. Bahkan, sembilan aktivis berkewarganegaraan Israel yang memegang spanduk “Selamat Datang di Palestina juga ditahan karena menyambut aktivis lainnya.
Juru bicara Kementerian Dalam Negeri Israel mengatakan pada Rabu pekan lalu, Israel telah memberikan nama 1.200 aktivis kepada maskapai penerbangan agar melarang memasuki Israel. Israel menegaskan maskapai harus menanggung biaaya pemulangan setiap aktivis yang dideportasi.
Rosenfeld berdalih para aktivis berniat menyebabkan gangguan di dalam bandara. Tindakan itu menurutnya harus diantisipasi karena akan menghambat pesawat yang akan masuk.
Aktivis bernama Leehee Rothschild mengatakan, puluhan aktivis telah diinformasikan oleh maskapai penerbangan mereka ke Tel Aviv bahwa tiket mereka dibatalkan.
Tujuan dari protes "flytilla", kata penyelenggara, adalah untuk membantu membuka sekolah internasional dan museum di Betlehem.
Beberapa komentator politik Israel mengatakan pemerintah Israel telah bereaksi berlebihan. "Israel menahan orang-orang yang tidak melakukan kejahatan apapun. Ini adalah reaksi histeris," kata Rothschild.
Tetapi, Israel menggambarkan aksi protes ini adalah aksi yang salah arah dan mengancam ketertiban umum. "Apa yang mereka lakukan di sini . Jika mereka ingin memeriksa isu hak asasi manusia, mereka harus pergi ke Suriah, mungkin mereka bisa membantu menghentikan pembantaian ribuan orang tak berdosa? Mereka harus pergi ke Iran dan menghentikan rajam perempuan , "kata Perdana Menteri Netanyahu kepada wartawan.