Senin 16 Apr 2012 23:28 WIB

Obama Perintahkan Penyelidikan Skansal Seks Dinas Rahasia

 Presiden Amerika Serikat, Barack Obama.
Foto: Susan Walsh/AP
Presiden Amerika Serikat, Barack Obama.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Presiden Amerika Serikat Barack Obama mengharapkan penyelidikan tuntas atas skandal seks melibatkan petugas Dinas Rahasia, dengan memperingatkan bahwa ia akan "marah" jika tuduhan itu terbukti benar.

Kejadian itu, yang mengakibatkan 11 petugas Dinas Rahasia dan lima tentara ditarik dari tugas keamanan di Kolombia pada temu puncak Amerika, membayangi pembicaraan dihadiri Obama dan pemimpin lain kawasan tersebut.

Dinas Rahasia Amerika Serikat, yang memulangkan mereka, menyelidiki tuduhan bahwa mereka membawa pelacur ke kamar hotel di Kartagena pada Rabu malam dan berselisih tentang pembayaran dengan salah satu wanita itu.

"Saya mengharapkan penyelidikan itu teliti dan ketat," kata Obama pada Minggu saat jumpa pers bersama Presiden Kolombia Juan Manuel Santos pada akhir temu puncak tersebut.

"Jika tuduhan seperti di media massa itu dipastikan, maka tentu saja saya akan marah," katanya.

Tentara melakukan penyelidikan terpisah dan menempatkan anggota terlibat itu ke asrama mereka. Tak satu pun dari anggota Dinas Rahasia itu -baik petugas maupun yang tak berseragam- ditugaskan untuk menjaga keamanan pribadi Obama.

Tapi, Obama, yang menghadapi pertarungan sengit pemilihan kembali pada November, menekankan bahwa semua anggota rombongan perjalanannya harus berperilaku terbaik, karena mereka mewakili Amerika Serikat.

"Sikap saya terhadap petugas Dinas Rahasia tidak berbeda daripada yang saya harapkan dari rombongan saya, yang duduk di sini. Kami mewakili rakyat Amerika Serikat," katanya, "Itu berarti bahwa kami memperlakukan diri dengan martabat dan kejujuran tertinggi."

"Yang dilaporkan itu tidak sesuai dengan ukuran tersebut," tambah presiden itu. Kendati pelacuran sah di wilayah tertentu di Kolombia, perilaku seperti itu melanggar aturan perilaku lembaga tersebut, sebagian karena dapat menghadapkan petugas itu pada pemerasan, memungkinkan kegiatan mata-mata dan membantu musuh masuk ke wilayah keamanan, kata anggota kongres Amerika Serikat Peter King kepada "The New York Times".

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement