Selasa 17 Apr 2012 19:44 WIB

Mali Masih Tegang, Mantan PM Ditahan

Tentara Mali yang memberontak mengepung istana presiden di ibukota Bamako, Senin lalu (26/3).  (Foto file)
Foto: Aliou Sissoko/AP
Tentara Mali yang memberontak mengepung istana presiden di ibukota Bamako, Senin lalu (26/3). (Foto file)

REPUBLIKA.CO.ID, BAMAKIO - Mantan perdana menteri Mali Modibo Sidibe ditahan Senin (17/4) malam bersama dengan sejumlah tokoh lainnya baik sipil maupun militer. Kabar itu disampaikan keluarga dan seorang pejabat keamanan.

Mereka yang ditahan itu dibawa ke markas besar junta yang merebut kekuasaan bulan lalu sebelum menyerahkan kekuasaannya kepada seorang presiden sementara Diocounda Traore, yang mulai bertugas Selasa (17/4), kata sumber-sumber itu.

"Modibo Sidebe ditangkap di rumahnya oleh sejumlah pria bersenjata termasuk dua atau tiga orang yang mengenakan topeng," kata seorang anggota keluarganya kepada AFP. Sidibe adalah perdana menteri tahun 2007 sampai 2011.

Sumber-sumber keluarga mengatakan mantan menteri pertahanan Sadio Gassama dan Hamidou Sissoko, kepala staf personil presiden terguling Amadou Toumani Toure,ditangkap di rumah-rumah mereka dan dibawa ke kamp militer dan markas besar junta di Kati, sekitar 15km dari ibu kota Bamako.

Satu sumber keamanan Mali mengonfirmasikan penangkapan-penangkapan itu dan mereka akan menjelaskanya "apabila saatnya tiba."

Soumaila Cisse, mantan menteri kabinet, dilaporkan melarikan diri karena ia tidak berada di rumah saat para pria bersenjata menggeledah rumahnya.

Gelombang penahanan itu terjadi saat seorang perdana menteri sementara akan diangkat Selasa. Proritasnya adalah melakukan perundingan dengan pemberontak Tuareg dan Islam yang mengambil keuntungan dari kudeta 22 Maret dengan merebut banyak daerah utara negara itu.

Para perwira militer berpangkat rendah yang melakukan kudeta membela tindakan mereka mengecam perlawanan tidak efektif pemerintah terhadap pemberontakan Tuareg yang aktif kembali Januari.

Kudeta itu memicu pemberontak yang bergabung dengan kelompok garis keras Ialam, merebut satu daerah seluas Prancis, trrmasuk kota tua Timbuktu.

Kelompok pemberontak utama Tuareg Gerakan Pembebasan Nasional Azawad (MNLA) kemudian mengumumkan negara merdeka, yang menimbulkan kecaman internasional, demikian AFP melaporkan.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement