Rabu 18 Apr 2012 00:01 WIB

Menlu AS Tolak Pelonggaran Sanksi Iran

Menteri Luar Negeri AS hillary Clinton dalam konferensi 'Sahabat Suriah' di Turki
Foto: enduringamerica.com
Menteri Luar Negeri AS hillary Clinton dalam konferensi 'Sahabat Suriah' di Turki

REPUBLIKA.CO.ID, Menteri Luar Negeri Amerika Hillary Clinton menolak tawaran Iran untuk mulai mencabut sanksi dalam upaya menyelesaikan keprihatinan internasional terkait program nuklir Iran.

Berbicara pada Senin (16/4) dalam kunjungan di Brasilia, Clinton mengatakan Iran harus menunjukkan kesungguhan dalam perundingan nuklir dengan enam negara kuat dunia, yang akan diadakan di Irak bulan Mei mendatang.

Clinton mengatakan Amerika Serikat akan tetap memberlakukan sanksi dan tetap mengenakan tekanan terhadap Iran sementara Iran mempertimbangkan apa yang akan ditawarkan dalam pembicaraan itu dan Amerika akan memberi tanggapan yang sesuai atas setiap usul Iran.

Sebelumnya Menteri Luar Negeri Iran Ali Akbar Salehi mengatakan kepada kantor berita Iran 'ISNA' bahwa pemerintahnya akan selalu mempertahankan haknya untuk mengolah uranium, tetapi juga terbuka bagi perundingan mengenai tingkat pengolahan yang akan dilakukannya.

Negara-negara Barat  mencurigai Iran berusaha mengolah uranium hingga ke tingkat senjata untuk memungkinkan Iran membuat bom nuklir. Iran mengatakan program nuklirnya hanyalah untuk tujuan damai.

Salehi mendesak negara-negara Barat agar mulai melonggarkan sanksi terhadap Iran untuk menyelesaikan sengketa dalam pembicaraan nuklir babak berikutnya, sebagai tindak lanjut dari pertemuan di Istanbul Sabtu lalu. Salehi menyambut baik pembicaraan konsturiktif dengan para diplomat dari ke-5 anggota tetap Dewan Keamanan PBB dan Jerman itu.

Sementara itu, kantor berita Reuters melaporkan menteri luar negeri Denmark mengatakan tidak ada peluang untuk melonggarkan sanksi terhadap Iran sebelum Iran mengambil langkah-langkah untuk mematuhi tuntutan mengenai program nuklirnya. Denmark memegang giliran sebagai presiden Uni Eropa.

sumber : VOA
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement