Rabu 18 Apr 2012 05:41 WIB

Dipicu Prediksi IMF, Harga Minyak Dunia Naik

Harga minyak dunia melonjak (ilustrasi)
Harga minyak dunia melonjak (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK---Harga minyak naik pada Selasa (Rabu pagi WIB), setelah keberhasilan lelang obligasi Spanyol, pendapatan perusahaan AS yang membesarkan hati dan IMF meningkatkan prakiraan pertumbuhan ekonomi global.

Kontrak utama New York, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Mei, melonjak 1,27 dolar AS dari tingkat penutupan Senin menjadi menetap di 104,20 dolar AS per barel. Di London, minyak mentah Brent North Sea untuk penyerahan Juni, naik 10 sen menjadi 118,78 dolar AS per barel.

"Lelang obligasi Spanyol yang lebih baik dari perkiraan dan (sedikit) lebih optimis perkiraan pertumbuhan dari IMF hari ini didorong beberapa 'risiko' pada perdagangan. Ekuitas menguat dan begitu juga minyak mentah," kata analis BMO Capital Markets dalam sebuah catatan riset.

Lelang obligasi Spanyol mengurangi kekhawatiran krisis utang baru zona euro, sementara pasar mendapatkan dukungan dari laporan "World Economic Outlook" terbaru Dana Moneter Internasional (IMF).

IMF pada Selasa menaikkan perkiraan pertumbuhan global menjadi 3,5 persen untuk tahun ini, naik dari perkiraan 3,3 persen pada Januari.

Di tempat lain, pedagang mengabaikan rencana yang diumumkan oleh Presiden AS Barack Obama untuk memangkas manipulasi pasar minyak.

Obama mengatakan, ia akan meminta Kongres untuk mendanai pengawasan lebih banyak dan penegakan staf untuk memantau perdagangan minyak berjangka di Komisi Perdagangan Komoditi Berjangka AS.

Obama mengakui rencananya tidak akan menurunkan harga bensin yang tinggi dengan segera, tetapi mengatakan akan membendung spekulasi yang merugikan konsumen.

"Presiden Obama sedang mumukul 'pohon yang salah'" untuk membawa harga bensin turun, ujar Rich Ilczysyn, seorang analis di iiTrader.com.

Dalam berita pasar minyak lainnya, Spanyol pada Selasa memperingatkan bahwa pengambilalihan anak perusahaan raksasa minyak Repsol YPF oleh Argentina melanggar sebuah "pemahaman yang baik" antara keduanya karena Repsol menuntut kompensasi minimal 10 miliar dolar AS

Pemerintah mendukung perusahaan, dengan marah berjanji untuk mengambil berbagai tindakan terhadap Argentina setelah presidennya, Cristina Kirchner, Senin mengumumkan ia akan menasionalisasi perusahaan yang menyimpang dari tuntutan Madrid.

"Ini sekali lagi membuat jelas apa risiko politik yang dihadapi perusahaan minyak internasional," kata analis Commerzbank Carsten Fritsch.

"Ini kemungkinan akan mengurangi kesediaan mereka untuk berinvestasi, sehingga lebih sulit untuk membuka cadangan minyak baru, yang akan menunjuk ke harga yang lebih tinggi dalam jangka panjang."

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement