Rabu 18 Apr 2012 07:52 WIB

Bahrain Tangkap 60 Pengunjukrasa Penentang Grand Prix

Peserta aksi unjuk rasa membawa poster menyeru boikot Grand Prix Formula 1 di Bahrain.
Foto: Hasan Jamali/AP
Peserta aksi unjuk rasa membawa poster menyeru boikot Grand Prix Formula 1 di Bahrain.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA-- Bahrain mengangkap sedikitnya 60 orang pemimpin protes menjelang Grand Prix Formula 1 yang rencananya akan diselenggarakan 22 April mendatang. Aktivis Bahrain mengatakan, pasukan rezim yang didukung Arab Saudi telah melakukan penangkapan di desa-desa Bani Jamra, Sitra, Ghuraifa, Diraz, Ma’amir, dan Sehla.

Bahrain meningkatkan tindakan keras terhadap aksi damai demonstran dalam beberapa hari terakhir untuk mencegah aksi protes meluas selama perlombaan Formula 1. Para aktivis mengatakan,tak hanya menangkap para demonstran, pasukan Al Khalifa juga mengeluarkan aturan penggunaan peluru tajam terhadap aksi damai demonstran.

“ Dimulai di Bani Jamra Kamis (12/4) lalu, kemudian Sitra, Ghuraifa, Diraz, Ma’amir dan Sehla,” ujar Ketua Kelompok Hak Asasi Bahrain Mohammed al-Maskati seperti dilansir PressTv, Rabu (18/4).

Sementara itu, ribuan orang demonstran anti pemerintahan melakukan demo di desa Deir di Pantai Utara Pulau Muharraq, Timur Laut Bahrain, menuntut diakhirinya penindasan oleh pemerintah terhadap pengunjuk rasa yang selama ini mendapat dukungan Arab Saudi.

Amnesti Internasional mengatakan, mereka telah menerima laporan dari sumber yang dipercaya mengenai penjara dengan menggunakan penyiksaan di Bahrain, meskipun penguasa Al Khalifa berjanji melakukan reformasi.

“ Pemerintah mencoba untuk menggambarkan Negara tersebut menuju reformasi, tapi kami justru menerima laporan tentang penyiksaan dan penggunaan kekuatan berlebih pada para demonstran,” kata Wakil Direktur Amnesti Internasional untuk Timur Tengah dan Afrika Utara Hassiba Hadj Shraoui.

Sejauh ini puluhan orang tewas dan banyak lainnya menderita luka-luka akibat kekerasan yang dilakukan para demonstran sejak revolusi Februari 2011 lalu. Para demonstran meminta Raja Hamad bin Isa Al Khalifa bertanggung jawab atas kematian demonstran selama terjadi pemberontakan tersebut.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement