REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Sekitar 1.600 tahanan Palestina telah memulai aksi mogok makan mereka di penjara-penjara Israel di wilayah pendudukan. Hal itu dilakukan dalam peringatan Hari Tahanan Palestina. Mereka memprotes penahanan tanpa ada tuduhan dan proses hukum yang dilakukan oleh rezim Tel Aviv.
Sementara ribuan warga lain melakukan aksi demo di kota-kota Tepi Barat dan Jalur Gaza untuk mengungkapkan solidaritas mereka terhadap para tahanan. Selain di Tepi Barat, sekitar 2.000 orang berbaris di kantor pusat Palang Merah di kota Gaza dan mendirikan tenda dalam rangka solidaritas terhadap aksi mogok makan tersebut.
Kepala Kelompok Tahanan Palestina, Qadura Fares, mengatakan para tahanan bersatu dan tak terbagi dalam aksi ini. Mereka memprotes mulai dari soal penahanan mereka dan pengajuan tuntutannya. “Kami akan berdiri sampai para tahanan mendapatkan tuntutan mereka,” ujar Fares seperti dilansir PressTv, Rabu (18/4).
Dari laporan mengenai aksi mogok makan di penjara Israel, rezim Tel Aviv diharapkan dapat membebaskan tahanan Palestina, Khader Adnan, yang telah melakukan aksi mogok makan selama 66 hari. Dia protes karena ditahan tanpa dakwaan di bawah perintah penahanan administratif.
Pengacara Adnan mengatakan, tahanan Palestina itu akan dibebaskan pada hari Selasa (17/4), tapi belum jelas kapan tepatnya atau dimana dia dijadwalkan akan dibebaskan.
Penahanan administratif sering dilakukan oleh pemerintah Israel terhadap penduduk Palestina. Penahan ini semacam penjara tanpa pengadilan dan membiarkan kekuatan pemerintah melakukan penangkapan tanpa tuduhan resmi selama enam bulan. Namun, perintah penahanan dapat diperpanjang untuk jangka waktu yang tidak ditentukan. Menurut laporan, setidaknya ada 4.610 tahan politik Palestina telah ditahan di penjara Israel.