Rabu 18 Apr 2012 22:09 WIB

Survei: Butuh Berapa untuk Bahagia? 50 Ribu Dolar AS

Uang dan Kebahagiaan (ilustrasi)
Uang dan Kebahagiaan (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK - Memang bukan faktor penentu, tapi uang ikut mempengaruhi kebahagian seseorang. Paling tidak itu menurut jajak pendapat terbaru dari Marist Institute for Public Opinion, Amerika Serikat.

Jadi, berapa banyak uang yang diperlukan agar seseorang merasa bahagia? Penghasilan rumah tangga tahunan sebesar 50 ribu dolar AS (Rp460 jutaan) cukup untuk meningkatkan kemungkinan orang merasa secara keseluruhan bahagia dan puas dalam hidup.

Ada data tertentu untuk sampai pada kesimpulan angka tersebut. Para peneliti di  Marist College meminta orang untuk menilai tingkat kepuasan dalam seluruh bidang kehidupan mereka: keluarga, lingkungan keselamatan, situasi perumahan, kehidupan spiritual, kesehatan, teman, pekerjaan atau bagaimana waktunya akan dihabiskan, waktu luang, keuangan dan keterlibatan masyarakat.

Peneliti kemudian meminta para responden merinci data tentang pendapatan rumah tangga tahunan mereka. Penelitian ini menemukan bahwa gaji tahunan sebesar USD 50 ribu menjadi titik kritis penting dalam menentukan kebahagiaan dan kepuasan pribadi.

Menariknya, rumah tangga dengan pendapatan tahunan kurang dari USD 50.000 ternyata mengaku kurang bahagia dibandingkan dengan pendapatan rumah tangga tahunan lebih dari USD 50.000. 

Apa yang responden keluhkan terkait keuangan mereka? Beberapa perbedaan terbesar antara kedua tingkat pendapatan terjadi dalam kepuasan menyangkut perumahan, hubungan dengan teman dan kepuasan secara keseluruhan dengan kehidupannya.

"Uang tidak dapat langsung membeli kebahagiaan, tetapi penelitian kami jelas menunjukkan bahwa itu adalah faktor penting dalam kepuasan dengan kualitas hidup," kata Paul Hogan, ketua dan pendiri Home Instead Senior Care, sebuah perusahaan yang menyediakan perawatan di rumah bagi manula dan yang memprakarsai survei.

"Yang penting digarisbawahi bukan sekadar sejauh mana pendapatan membentuk perspektif tentang kehidupan, tetapi betapa sulitnya krisis ekonomi terakhir ini bagi banyak orang," katanya.

Hasil jajak pendapat itu diambil dari keterangan 1.235 responden yang disurvei melalui telepon.

sumber : ABC News
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement