REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL - Korea Utara (Korut) menuntut Korea Selatan (Korsel) meminta maaf atas apa yang disebutnya penghinaan selama peringatan ulang tahun penting. Jika itu tidak dilakukan, maka Korsel akan menghadapi 'perang suci'.
Korut menyelenggarakan peringatan ulang tahun ke-100 Hari Matahari, keliharan presiden pendiri negara itu Kim Il-Sung. Satu peluncuran roket yang kontroversial mewarnai peringatan itu, tetapi proyektil itu meledak sekitar dua menit setelah peluncuran itu.
"Rezim boneka para pengkhianat harus segera memita maaf atas kejahatan mereka yang menodai perayaan Hari Matahari kami," kata satu pernyataan bersama pemerintah Korut, partai dan berbagai kelompok sosial di laman internet kantor berita resmi KCNA, Kamis (19/4).
Jika tidak, kata pernyataan itu,rakyat dan militer Korut "akan mengeluarkan kemarahan besar nereka dan melakukan satu perang suci sebagai pembalasan untuk membersihkan para pengkhianat dari tanah ini". Pernyataan itu membalas pernyataan-peryataan Presiden Korsel Lee Myung-Bak dan media konservatif.
Lee mengatakan peluncuran roket itu menelan biaya sekitar 850 juta dolar AS yang dapat digunakan oleh negara yang mengalami kekurangan pangan itu untuk membeli 2,5 juta ton jagung. "Pengkhianat Lee Myung-Bak memimpin penghinaan yang kasar dalam perayaan-perayaan itu," kata pernyataan tersebut.
"Ini adalah satu penghinaan yang tidak bisa dibiarkan terhadap para pemimpin, sistem dan rakyat kami dan provokasi yang mengerikan yang memicu kemarahan besar seluruh rakyat."
Korut beberapa kali meminta Korsel meminta maaf atau menghadapi perang sejak meninggalnya pemimpin negara itu Kim Jong-Il Desember lalu. Dibawah pemimpin putranya Kim Jong-Un, negara itu melontarkan nada permusuhan terhadap Korsel.
Korut mengatakan roketnya untu menempatkan satu satelit untuk tujuan damai di orbit. Amerika Serikat dan negara-negara lain menyebut itu satu dalih untuk uji coba rudal jarak jauh yang dilarang berdasarkan resolusi-resolusi PBB.
Washington mengatakan tindakan itu juga melanggar satu kesepakatan bilateral dengan Pyongyang dan menangguhkan rencana-rencana bagi bantuan pangan. Korut memperingatkan aksi pembalasan yang tidak diungkapkannya, menuduh AS bersikap bermusuhan.
Beberapa pakar yakin negara itu akan melakukan satu uji coba nuklir baru, sementara yang lainnya memperkirakan akan terjadi bentrokan di perbatasan dengan Korsel.