REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Jepang akan membebaskan utang Myanmar sebesar 300 miliar yen atau 3,7 miliar dolar AS (Rp 33,3 triliun), Kamis (19/4). Negeri matahari terbit itu juga berencana melanjutkan bantuan pinjaman yang tertunda selama 25 tahun.
Perdana Menteri Jepang, Yoshihiko Noda berencana akan mengumumkan hal tersebut saat pertemuan dengan Presiden Myanmar Thein Sein di Tokyo, Sabtu (21/4). Rencana itu dilaporkan media Jepang, Asahi Shimbun.
Thein sein akan mengunjungi Jepang pada 20-24 April. Sein menjadi kepala pemerintah Myanmar pertama yang mengunjungi Jepang dalam 28 tahun terakhir.
Sebagai langkah pertama, Jepang akan mengumumkan surat pernyataan pembebasan utang senilai 127,4 miliar yen yang sebelumnya telah disetujui, namun tertunda karena rezim militer Myanmar. Sisanya sebesar 176,1 miliar yen, termasuk bunga dan sanksi keterlambatan akan dihapus dengan syarat proses demokrasi di Myanmar akan berlanjut.
Pejabat kementerian luar negeri menolak berkomentar terhadap laporan tersebut. Namun, membenarkan kedua negara sedang membahas mengenai utang dan rencana membangun Bantuan Pembangunan Jepang bagi Myanmar.
Sejak keberhasilan Myanmar mengadakan pemilihan parlemen pada awal April, lambat laun negara yang sempat terisolasi tersebut mulai diterima komunitas internasional. Tidak seperti negara Barat, Jepang tetap mempertahankan hubungan dagang dan dialog dengan Myanmar selama dalam masa isolasi.