REPUBLIKA.CO.ID, KABUL - Negara-negara Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) mencari bantuan dana untuk membiayai pasukan keamanan Afganistan setelah pasukan internasional ditarik mundur pada 2014. Sejauh ini hanya Amerika Serikat (AS) yang bersedia mengeluarkan 1,8 miliar dolar untuk membiayai pasukan yang terdiri dari tentara dan polisi Afganistan.
NATO yang tergabung dalam pasukan keamanan di Afganistan (ISAF) telah memutuskan akan menarik pasukan mereka pada 2014. Namun beberapa negara Eropa masih belum menyetujui pemberian dana, atas alasan krisis ekonomi. Sedangkan, AS mengharapkan ISAF dapat memberikan bantuan dana layaknya AS.
Sekretaris Jendral NATO, Anders Fogh Rasmussen, yang dilansir dari laman dw.de, Jumat (20/4), meminta bantuan dana tersebut dalam pertemuan puncak NATO minggu ini di Brussels. Rasmussen mendesak semua negara NATO yang tergabung dalam ISAF untuk menggali sumber dana mereka.
Sebagian negara ISAF masih segan menetapkan jumlah dana. Menteri Pertahanan Jerman, Thomas de Maiziere, tidak mau memberikan jumlah pasti berapa bantuan dana yang akan diberikan bagi pasukan keamanan Afganistan.
Maiziere menegaskan bahwa Jerman tidak mau membayar dua kali untuk rekostruksi militer dan sipil ke Afganistan setelah perang. "Tugas utama setelah 2015 akan menjadi pembangunan sipil dan ekonomi. Keputusan akan dibuat pada sebuah konferensi donor di Tokyo," kata de Maiziere.
Melihat kondisi ini, Menteri Pertahanan Afganistan, Abdul Rahim Wardak, sempat skeptis ketika tentara NATO akan ditarik pada 2014. "Saya skeptis, tapi sekarang saya yakin bisa berhasil," kata Wardak.
Rasmunssen mengajak kepada Rusia dan Cina untuk berpartisipasi secara aktif memberikan bantuan dana kepada pasukan Afganistan, setelah NATO ditarik dari wilayah itu. "Bukan hanya ke negara-negara NATO dan ISAF, kami juga akan menyambut baik kontribusi dari Rusia, Cina, dan mitra internasional lainnya," ujar Rasmussen.