Ahad 22 Apr 2012 20:41 WIB

Rusuh, GP F1 Bahrain Tetap Digelar

Rep: Lingga Permesti/ Red: Hafidz Muftisany
sirkuit bahrain
Foto: dailysport
sirkuit bahrain

REPUBLIKA.CO.ID, MANAMA-- Seorang pengunjuk rasa ditemukan tewas setelah bentrok semalaman dengan polisi Bahrain, Sabtu (21/4). Hal ini menyebabkan kemarahan aktivis yang anti pemerintah. Bentrokan terjadi di tengah perhelatan Formula Satu Grand Prox. Demonstran mengatakan, perhelatan balap motor hanya untuk meningkatkan citra internasional pemerintah Bahrain.

Pemerintah Bahrain menghabiskan 40 juta dolar AS untuk menjadi tuan rumah olahraga F1 Grand Prix. Acara diharapkan untuk menunjukan kehidupan normal Bahrain setelah demonstrasi Arab Spring tahun lalu. Tetapi nyatanya, ditengah perhelatan akbar tersebut, jalan-jalan terbakar dan pemuda bertopeng melemparan bom molotov dan gas air mata kepada polisi. Mereka mengancam untuk mempermalukan F1 dan merek terkenal yang menjadi sponsor acara tersebut.

Ratusan pengunjuk rasa berlindung dari gas air mata di pusat perbeanjaan. Mereka dijauhkan dari sirkuit internasional Bahrain, ditempat diadakannya lomba F1. Sementara itu, kendaraan lapis baja dan pasukan keamanan menjaga jalan raya selama bentrokan.

"Pemerintah menggunakan arena balap F1 sebagai ajang kampanye,"kata seorang aktivis kemanusiaan, Nabeel Rajab.

Partai oposisi, Wefaq, mempublikasikan sang demonstran yang tewas tersebut bernama Salah Abbas Habib (37 tahun). Ia berada diantara sekelompok pengunjuk rasa yang dipukuli polisi. Kematian Habib menyebabkan kemarahan muslim Syiah yang mengeluh terpinggirkan oleh penguasa Sunni.

Kementerian Dalam Negeri Bahrain mengatakan melalui Twitter bahwa penyelidikan tengah dilakukan. Namun, menurut Kelompok Pemuda Hak Asasi Manusia Bahrain, Mohammed al-Maskati mengatakan, tiga saksi menyatakan, Habib terkena birdshot saat melarikan diri dari polisi.

"Mereka mengatakan mereka tidak tahu apakah ia meninggal karena birdshot atau dipukuli oleh pasukan keamanan," kata Maskat.

Sedianya perhelatan Grand Prix diadakan tahun lalu, namun karena adaya pemberontakan, acara dimundurkan. Bahrain tetap menggelar acara mewah tersebut dan mengabaikan seruan dari kelompok-kelompok hak asasi manusia yang menyeru untuk memboikot acara tersebut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement