Senin 23 Apr 2012 02:39 WIB

Afghanistan-AS Siap Tandatangani Perjanjian

Tentara AS dari satuan infantri 3 Bronco 5-20 berpatroli bersama dengan tentara nasional Afghanistan di distrik Zharay, provinsi Kandahar, Afghanistan selatan, 22 April 2012.
Foto: Reuters
Tentara AS dari satuan infantri 3 Bronco 5-20 berpatroli bersama dengan tentara nasional Afghanistan di distrik Zharay, provinsi Kandahar, Afghanistan selatan, 22 April 2012.

REPUBLIKA.CO.ID, KABUL - Para pejabat Afghanistan dan AS dilaporkan telah menyelesaikan rancangan perjanjian kemitraan strategis yang akan mengatur hubungan antara Kabul dan Washington setelah 2014. 

"Rancangan perjanjian mengenai kemitraan jangka panjang Afghanistan dan AS diselesaikan dan diparaf pada Minggu di Kabul oleh kepala kedua delegasi yang berunding di Kabul," kata kantor presiden Afghanistan dalam sebuah pernyataan.

."Perjanjian itu kini siap untuk ditandatangani oleh presiden kedua negara," katanya.

Tidak ada penjelasan terinci mengenai isi rancangan perjanjian itu, yang akan ditinjau oleh para kepala negara AS dan Afghanistan, Kongres AS dan parlemen Afghanistan.

Pasukan NATO pimpinan AS yang membantu pemerintah Afghanistan memerangi Taliban akan mengakhiri misi tempur dan menarik diri pada akhir 2014 dan kedua negara itu membahas hubungan masa depan mereka setelah itu.

Kabul sudah memperoleh dua prasyarat bagi penandatanganan perjanjian itu -- kontrol penuh atas penjara Bagram yang dikelola AS dan penyerbuan malam oleh pasukan khusus yang kontroversial terhadap gerilyawan Taliban.

Duta Besar AS Ryan C. Crocker dan penasihat keamanan nasional Afghanistan Rangin Dadfar Spanta menyetujui perumusan rancangan perjanjian itu, yang berjudul "Perjanjian Kemitraan Strategis Bertahan antara Afghanistan dan AS".

"Dokumen yang dirampungkan hari ini menetapkan landasan kuat bagi keamanan Afghanistan, kawasan serta dunia, dan merupakan sebuah dokumen bagi pembangunan kawasan," kata Spanta, seperti dikutip dalam pernyataan itu.

Dubes AS mengatakan dalam pernyataan tersebut, perjanjian itu akan memperkuat kemitraan strategis jangka panjang antara "kedua negara yang berdaulat dan setara".

Presiden Hamid Karzai dan negara-negara Barat pendukungnya telah sepakat bahwa semua pasukan tempur asing akan kembali ke negara mereka pada akhir 2014, namun Barat berjanji memberikan dukungan yang berlanjut setelah masa itu dalam bentuk dana dan pelatihan bagi pasukan keamanan Afghanistan.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement