REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Indikasi keretakan hubungan antara Amerika Serikat dan Israel mulai terlihat. Hal itu disebabkan karena perbedaan pendapat dalam penanganan program energi nuklir Iran yang menyebabkan lahirnya konflik antara Presiden Barack Obama dengan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu.
Kendati demikian, seorang mantan penasehat keamanan nasional Obama menagtakan, Washington tak memiliki alasan untuk meminta maaf kepada Israel terkait penangana program energi nuklir Iran.
“Israel telah diberi jaminan sangat kuat mengenai keamanan mereka oleh Amerika Serikat (AS). Jadi saya pikir AS tak perlu meminta maaf untuk apa pun mengenai hal tersebut,” ujar Purnawirawan Korps Marinir Jenderal James L. JonesJenderal James Jones seperti dilansir Washington Times.
Selama ini Netanyahu telah mengusulkan serangan terhadap fasilitas nuklir Iran. Sementara Washington, sekutu terkuat Tel Aviv, bersikeras menempuh jalan diplomasi dengan Iran.
Iran dan lima anggota Dewan Keamanan PBB yang terdiri dari AS, Inggris, Perancis, Cina, dan Rusia ditambah Jerman (kelompok P5 +1), telah melakukan negosiasi ini di Istanbul, Turki. Kedua belah pihak berencana akan melakukan pembicaraan putaran kedua di Baghdad, Irak pada 23 Mei mendatang.
Pekan lalu, Netanyahu mengecam perundingan tersebut dan mengatakan negara Barat telah memberi kebebasan pada Iran. Netanyahu mengatakan, seharusnya Barat menuntut Iran menghentikan pengayaan uranium.
Selama ini AS dan beberapa sekutunya menuduh Iran mengembangkan program energi nuklir untuk tujuan militer. Namun Iran membantah klaim tersebut. Iran beralasan telah berkomitmen dengan perjanjian non proliferasi nuklir dan memiliki hak untuk memanfaatkan teknologi nuklir untuk tujuan damai.