REPUBLIKA.CO.ID, AMSTERDAM - Partai Politik anti-Islam Belanda pimpinan Geert Wilders ngeyel dengan keputusan Uni Eropa (UE) yang menuntut Belanda melakukan penghematan anggaran. Uni Eropa meminta Belanda untuk menurunkan defisit anggaran pada 2013 mendatang.
Protes Wilders itu membuat partainya memilih mundur dari koalisi pemerintah Belanda. Mundurnya partai ini disampaikan Wilders pada akhir pekan lalu. Wilders tidak terima bila Belanda memotong anggara akibat krisis ekonomi di Eropa. "Kami menolak diktat Brussel oleh Uni Eropa yang menuntut negara menurunkan defisit anggaran," ujar Wilders yang dilansir dari laman thenational.ae, Senin (23/4).
Pemerintah Belanda nampaknya akan tetap melakukan pemotongan anggaran tersebut. Ini dilakukan untuk memangkas tiga persen defisit anggaran pemerintah. Belanda, Yunani, dan beberapa negara Eropa lain mengalami kesulitan keuangan yang parah. Karenanya, Belanda berusaha kepada Uni Eropa untuk dapat memberikan bailout keuangan bagi negaranya.
Wilders sebelumnya juga sempat mengatakan usulan yang cukup kontroversial. Ia menganjurkan kepada pemerintah Belanda dan Yunani agar lebih baik meninggalkan mata uang tunggal Euro dan kembali ke mata uang lama.
Sejak kampanye kontroversial Wilders dan partainya terhadap Islam, popularitas partai Wilders terus menurun tajam. Dalam jajak pendapat dalam beberapa bulan terakhir saja, perolehan suara turun drastis dari 24 kursi pada 2010 menjadi hanya 19 kursi bagi partai Wilders.
Penurunan popularitas partai Wilders ini, membuat pemerintah Belanda tidak terlihat pusing dengan ditentangnya kebijakan dari partai Wilders. Selain anti-Islam, retorika Wilders dan partainya telah mencoba untuk memasuki sentimen anti-Uni Eropa dan anti-penghematan anggaran.