REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Francois Hollande berhasil maju ke pemilihan presiden Prancis putaran kedua, Ahad (22/4). Hollande akan bersaing dengan presiden menjabat Nicolas Sarkozy.
Hollande maju ke putaran kedua pada 6 Mei, unggul tipis dari Sarkozy pada putaran pertama yang dilakukan Ahad lalu. Yang cukup mengejutkan, hampir satu dari lima pemilih justru memilih kandidat sayap kanan Marine Le Pen.
Le Pen berada di urutan ketiga. Hal itu menjadikannya mempengaruhi politik Prancis dengan kebijakan antiimigrasinya yang menargetkan Muslim.
Berdasarkan data yang dikeluarkan Kementerian Dalam Negeri, dari 99 persen suara yang dihitung, Hollande berhasil mengumpulkan 28,6 persen suara. Sarkozy memperoleh 27,1 persen suara.
Usai mengetahui hasil sementara pemilihan presiden, Hollande berjanji akan memotong utang besar Prancis, mendorong pertumbuhan dan mempersatukan Prancis yang terpecah saat kepemimpinan Sarkozy.
"Malam ini saya menjadi kandidat yang akan melakukan perubahan," ujar Hollande penuh percaya diri kepada pendukungnya yang mengelu-elukannya di Tulle.
Pemilihan presiden di Prancis dibayang-bayangi kekhawatiran mengenai pekerjaan, kemajuan ekonomi yang lemah dan presiden yang tampaknya lebih peduli dengan golongan kaya.
"Sudah seharusnya Hollande merasa senang. Akan sulit bagi Sarkozy untuk mengalahkannya," kata Damien Philippot dari lembaga jajak pendapat IFOP, Senin (23/4).
Tiga jajak pendapat dilakukan Ahad petang dengan hasil bahwa Hollande akan memenangkan putaran kedua dengan perolehan antara 53 hingga 56 persen. Lembaga Ipsos, CSA dan IFOP mengatakan hasil jajak pendapat menunjukkan kekhawatiran para pemilih mengenai pekerjaan dan penghasilan pribadi.