REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM - Staf Kepala militer Israel Mayor Jenderal Benny Gantz memeringatkan bahwa pasukan Israel siap untuk menyerang Mesir, Senin (23/4). Komentar tersebut muncul setelah Mesir membuat keputusan menghentikan pasokan gas alam ke Israel.
Langkah Mesir dianggap melanggar perjanjian perdamaian Camp David, yang ditandatangani oleh kedua negara pada tahun 1979. Alarabiya melaporkan, pemimpin oposisi Israel, Shaul Mofaz, memeringatkan krisis Mesir dan Israel belum pernah terjadi sebelumnya dan kebijakan Mesir, ia sebut pelanggaran terhadap perjanjian ekonomi.
Dalam pernyataan terseut, Mofaz meminta campur tangan Amerika Serikat untuk menyelesaikan masalah kedua negara. Sementara itu, Menteri Luar Negeri Avigdor Lieberman, mengatakan kepada stasiun radio Israel, pembatalan kesepakatan itu bukan pertanda baik.
Namun pihaknya masih melihat keputusan tersebut sebagai sengketa perdagangan. "Kami ingin memahami ini sebagai sengketa perdagangan. Saya pikir untuk mengubah sengketa bisnis ke dalam perselisihan diplomatik akan menjadi suatu kesalahan,"katanya.
Anggota Knesset Binyamin Ben-Eliezer, yang menandatangani kesepakatan gas dengan Mesir selama masa jabatannya sebagai menteri infrastruktur, mengatakan, pemutusan kesepakatan ini sebagai indikasi konflik Israel dan Mesir.
Dia mengklaim perusahaan energi Mesir tidak bisa menghentikan kesepakatan tanpa dukungan pemerintah. "Ini keputusan politik. Sebuah perusahaan swasta tidak dapat menghentikan kesepakatan antara negara,"katanya.