REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK---Harga minyak Amerika Serikat sedikit merosot pada Senin (Selasa pagi WIB), karena data suram Cina dan ketidakpastian zona euro yang sedang berlangsung meragukan
kekuatan dari permintaan energi global.
Kontrak utama New York, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) atau light sweet untuk pengiriman Juni, turun 77 sen menjadi ditutup pada 103,11 dolar AS per barel.
Minyak mentah Brent North Sea untuk penyerahan Juni turun tipis lima sen, menetap di 118,71 dolar AS per barel di perdagangan London.
Penyiasat GFT Markets, Fawad Razaqzada mengatakan, ada peningkatan ketidakpastian atas situasi politik di Eropa, karena Presiden Prancis Nicolas Sarkozy tampaknya kemungkinan meminta pemilihan ulang dan Perdana Menteri Belanda Mark Rutte mengundurkan diri setelah pemerintahnya gagal mencapai kesepakatan atas langkah-langkah penghematan.
"Selain itu, PMI manufaktur Cina yang dikeluarkan HSBC mengalamai kontraksi untuk keenam bulan berturut-turut, sementara PMI manufaktur dan jasa untuk Jerman, Prancis dan zona euro secara keseluruhan lemah, serta menunjukkan bahwa sebuah resesi lebih dalam dan lebih luas di seluruh kawasan tersebut adalah mungkin," kata Razaqzada.
"Faktor-faktor ini menunjukkan bahwa permintaan minyak mentah bisa melemah," kata analis.
Pasar saham (ekuitas) Eropa jatuh pada Senin karena kekhawatiran atas krisis zona euro muncul kembali dan investor ketakutan oleh hasil putaran pertama dari pemilihan presiden Prancis yang dimenangkan oleh Sosialis Francois Hollande.
Juga membebani pasar adalah data ekonomi yang mengecewakan menandakan 17-negara zona euro sedang menuju resesi.
Di Asia, indeks pembelian manajer (PMI) China dari HSBC, yang mengukur produksi pabrik, naik menjadi 49,1 pada April dari 48,3 pada Maret, masih dalam wilayah kontraksi.
Perekonomian China diawasi ketat oleh para pedagang minyak karena merupakan negara konsumen energi terbesar di dunia.
Di Eropa, survei penting menunjukkan bahwa aktivitas sektor swasta zona euro merosot paling tajam dalam lima bulan pada April, tanda lain dari resesi di serikat moneter 17-negara tersebut.
Komposit PMI yang disusun oleh Markit, perusahaan riset yang berbasis di London, turun menjadi 47,4 pada April dari 49,1 pada Maret.