Selasa 24 Apr 2012 06:24 WIB

Pasukan Bahrain Serang Ribuan Pelayat di Manama

Rep: Gita Amanda/ Red: Heri Ruslan
Warga Bahrain (ilustrasi)
Foto: Hamad I Mohammed/Reuters
Warga Bahrain (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,  MANAMA -- Pasukan Bahrain yang mendapat dukungan Arab Saudi dilaporkan menyerang para pelayat dalam sebuah prosesi pemakaman seorang pengunjuk rasa yang tewas. Hal tersebut dilakukan saat ribuan pelayat turun ke jalan untuk mengikuti prosesi pemakaman salah seorang rekan mereka yang tewas oleh pasukan rezim.

Senin (23/4) lalu para aktivis, mengatakan, pasukan dengan cepat menyerang para pelayat, setelah sebelumnya para pelayat tersebut menyerukan kejatuhan rezim. Ribuan masyarakat Bahrain turun ke jalan di Bilad al-Qadim pinggiran Manama, untuk mengikuti prosesi pemakaman Salah Abas Habib (36 tahun). Habib ditemukan tewas di desa Sharkhoura, barat daya Manama, tak lama setelah pasukan rezim menyerang demonstran anti pemerintah sehari sebelum diselenggarakannya Grand Prix Formula Satu.

Menurut Saudara Habib, Husein, “Kami baru mendapatkan jenazahnya kembali sekarang. Dia mendapat tembakan di dada dan perut,” kata Husein seperti dilansir PressTv, Selasa (24/4).

Menurut Persatuan Pemuda untuk Hak Asasi Manusia Bahrain, Habib ditembak saat melarikan diri dari petugas. Para aktivis mengatakan, pemerintah sempat menahan jenazah Habib selama dua hari, dan baru menyerahkannya pada pihak keluarga pada Senin lalu. Hal tersebut untuk mencegah dilangsungkannya pemakaman pada saat Grand Prix Bahrain.

Oposisi utama Bahrain yakni kelompok al-Wefaq, telah mengkonfirmasi Arab Saudi terkait dukungannya pada pasukan Bahrain yang menyebabkan tewasnya Habib. Al-Wefaq mengatakan, konflik di Bahrain akan semakin ganas jika rezim tak juga melakukan reformasi politik.

Pemimpin Al-Wefaq Syekh Ali Salman, menambahkan, rezim menolak untuk berbicara dan mendengarkan tuntutan rakyat. Situasi semakin tak menemui titik temu karena rezim yang mendapat dukungan Arab Saudi, tak tertarik melakukan reformasi nyata.

Revolusi Bahrain dimulai pada Februari 2011. Sejak saat itu puluhan demonstran tewas sementara ribuan lainnya terluka dan ditahan pasukan rezim. Demonstran anti-pemerintahan meminta Raja Hamad bin Isa Al Khalifa bertanggung jawab atas kematian demonstran selama pemberontakan tersebut.

sumber : presstv
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement