REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN - Juru bicara Kementerian Luar Negeri Republik Islam Iran Ramin Mehmanparast memuji keputusan Swiss untuk menolak sanksi-sanksi terhadap sistem perbankan Iran.
Berbicara kepada wartawan dalam konferensi pers mingguannya, dia mengatakan Iran berharap negara-negara barat lainnya juga merevisi keputusan mereka dalam hal ini, karena akan bermanfaat bagi kepentingan nasional mereka.
Dia lebih jauh mengatakan serangan dunia maya (cyber) baru pada Kementerian Perminyakan tidak menimbulkan masalah bagi ekspor minyak Iran.
Ditanya tentang ekspor minyak Iran diputus oleh sejumlah negara Eropa, dia mengatakan, setelah keputusan Iran menghentikan ekspor minyaknya ke Inggris dan Prancis, harga minyak dunia mulai bangkit dan itu menyebabkan protes politik publik di negara-negara tersebut.
Dia mengatakan bahwa Iran akan menghentikan ekspor minyaknya ke negara-negara lain juga, jika mereka gagal untuk memenuhi komitmen mereka. Media Iran dua pekan lalu mengatakan, ekspor minyak Iran ke Jerman telah dihentikan dan impor produk Uni Eropa telah dikurangi karena Uni Eropa bergerak ke arah embargo total minyak Iran.
"Iran telah menghentikan ekspor minyaknya ke Jerman, setelah tindakan serupa dilakukan terhadap Prancis dan Inggris, dan diproyeksikan ekspor minyak ke Italia juga akan dihentikan," kata jaringan berita Iran berbahasa Arab Al-Alam saat itu.
Press TV milik negara yang berbahasa Inggris juga memberikan informasi yang sama. Dua saluran TV pada Selasa juga melaporkan bahwa Iran telah mengurangi ekspor minyak ke Spanyol.
Tetapi kementerian luar negeri Spanyol menanggapi dengan mengatakan bahwa Madrid telah mengakhiri pembelian minyak Iran lebih dari sebulan lalu, pada akhir Februari. Kementerian minyak Iran juga mengumumkan bahwa minyak nya juga tidak dijual ke Yunani.
Al-Alam dan Press TV juga melaporkan bahwa larangan impor itu telah menampar produk dari 100 perusahaan Eropa. Iran marah terhadap embargo Uni Eropa terhadap minyaknya yang diumumkan pada Januari dan berlaku penuh pada 1 Juli.
Negara Uni Eropa lainnya - terutama Italia, Spanyol dan Yunani - adalah konsumen besar minyak Iran, namun mereka telah mengurangi tajam impor mereka dalam beberapa bulan terakhir, dan sumber minyak mentah ekstra datang dari pemasok lain seperti Rusia dan Arab Saudi.
Tahun lalu, Uni Eropa secara kolektif mengimpor sekitar 450.000 barel per hari minyak Iran, yang diyakini telah berkurang tajam sejak pengumuman embargo terhadap negara itu.
Republik Islam itu merupakan produsen terbesar kedua di OPEC, mengekspor sekitar 2,5 juta barel per hari, yang pada tahun lalu mendatangkan penerimaan 100 miliar dolar AS.
Negara-negara Uni Eropa memberlakukan embargo minyak sebagai bagian dari paket sanksi yang dipimpin AS dengan menargetkan perekonomian Iran untuk menekan negara itu mengendalikan program nuklirnya.
Sebagian besar Barat percaya program nuklir Teheran sekedar kedok untuk mengembangkan kemampuan senjata nuklirnya, tetapi Iran menyangkal keras ambisi tersebut dan menegaskan program nuklirnya untuk kepentingan damai.
Presiden Mahmoud Ahmadinejad menantang mengatakan Iran mampu bertahan hingga tiga tahun tanpa menjual minyak apapun.
"Kami memiliki mata uang asing cukup sehingga jika satu barelpun minyak tidak dijual untuk dua atau bahkan tiga tahun, negara ini masih akan dikelola dengan baik dan musuh tidak akan melihat keinginan mereka," katanya dalam pidato yang disiarkan televisi.