REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Pemerintah Amerika Serikat (AS) menuduh Beijing menyediakan Korea Utara dengan teknologi untuk peluncur rudal yang dipamerkan saat parade militer di Pyongyang pada pekan lalu. Amerika bereaksi atas laporan adanya aat pengangkut pemicu peluncuran roket yang diduga berasal dari Cina.
"Kami telah menyampaikan pernyataan kepada pemerintah Cina sebagai bagian dari konsultasi dekat kami yang sedang berlangsung mengenai Korut," kata juru bicara Gedung Putih, Jay Carney, dalam konferensi pers harian, Senin (23/4), seperti dilansir Kantor Berita Rusia, RIA Novosti dan dipantau Antara, Selasa (24/4).
Sejumlah pejabat tinggi AS menduga perusahaan asal Cina, Hubei Sanjiang, menjual komponen yang digunakan untuk membangun peluncur, Peluncur tersebut, menurut laporan Wall Street Journal, terlihat membawa alat yang diduga sebagai rudal terbaru milik Korut.
Keterlibatan Cina akan menjadi pelanggaran terhadap embargo senjata oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) kepada Korut. Cina telah menjelaskan pihaknya tidak melanggar resolusi PBB mengenai Korut. Pada pekan lalu, kelompok penerbit tentang pertahanan, Jane's, mengatakan Dewan Keamanan PBB sedang memeriksa tuduhan tersebut.
Pernyataan Carney keluar ditengah meningkatnya ketegangan di Semenanjung Korea setelah gagalnya peluncuran roket jarak jauh milik pemerintah Pyongyang pada April. AS menilai peluncuran itu sebagai pengelabuan atas uji coba teknologi rudal balistik. Sejumlah negara Barat khawatir Korut sedang menyiapkan uji coba nuklir lain.
Sementara itu Presiden Cina, Hu Jintao, menegaskan kembali hubungannya yang kuat dengan Pyongyang sewaktu dalam pertemuan dengan mitra asal Korut di Beijing pada Senin. Hu Jintao juga mendorong upaya kestabilan kondisi di Semenanjung Korea.
"Kami akan memperkuat hubungan strategis dan berkoordinasi mengenai masalah besar di kawasan serta internasional untuk tujuan menjaga perdamaian abadi dan kestabilan di Semenanjung Korea," kata Hu Jintao yang dikutip Kantor Berita Xinhua.