REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK---Harga minyak "rebound" (berbalik naik) dari penurunan awal pada Rabu (Kamis pagi WIB), setelah Federal Reserve AS memperkirakan sebuah kenaikan dalam pertumbuhan ekonomi di negara konsumen minyak terbesar di dunia itu.
Kontrak utama New York, minyak mentah light sweet untuk pengiriman Juni, ditutup pada 104,12 dolar AS per barel, naik 57 sen dari Selasa.
Di perdagangan London, minyak mentah Brent North Sea untuk penyerahan Juni naik 96 sen menjadi menetap pada 119,12 dolar AS per barel.
Harga minyak lebih rendah pada awal perdagangan, didorong oleh laporan persediaan minyak bumi Departemen Energi AS yang "bearish" (lesu), di mana stok minyak mentah sekali lagi melebihi perkiraan.
Departemen melaporkan stok minyak mentah negara itu naik empat juta barel minggu lalu, sebagian besar analis telah memperkirakan kenaikan jauh lebih kecil hanya 1,9 juta barel.
Selama empat minggu terakhir, persediaan minyak mentah telah bertambah 23 juta barel, menunjukkan mengendurnya permintaan energi di ekonomi terbesar itu.
Para pedagang mengatakan, harga minyak juga diperlemah oleh anjloknya pesanan baru AS untuk barang tahan lama di tengah penurunan tajam dalam pesanan pesawat komersial. Namun harga kemudian "rebound" pada perdagangan sore dipicu oleh laporan agak "bullish" (bergairah) dari The Fed.
Menutup pertemuan dua hari di Washington, pembuat kebijakan bank sentral mempertahankan suku bunga utama bank mendekati nol, memprediksi bahwa pertumbuhan ekonomi akan tetap moderat selama kuartal mendatang dan kemudian "meningkat secara bertahap."
"Ketika mereka (pembuat kebijakan Fed) mengatakan mereka mencari pertumbuhan menjadi secara bertahap meningkat, itu memberikan prospek yang lebih baik untuk pertumbuhan permintaan (minyak)," kata David Bouckhout di TD Securities.