REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM – Presiden Palestina Mahmoud Abbas menilai kunjungan pemimpin Arab ke Yerusalem secara pribadi seharusnya tidak dilihat sebagai usaha mengakui legitimasi Israel atas bagian timur kota.
Sebab, hal itu hanya mengurangi perhatian umat Islam terhadap Yerusalem. "Ada semacam perbedaan di antara kita. Tapi perbedaan itu mencampuradukkan antara agama dan politik. Hasilnya, kita akan sulit melihat apa yang benar dan adil," kata dia menyikapi masalah penolakan sejumlah ulama Muslim terhadap kunjungan Muslim ke Yerussalem, seperti dikutip Al-Arabiya.net, Kamis (26/4).
Salah seorang pejabat Yordania, yang enggan disebutkan namanya, menyatakan umat Islam tidak mungkin menunggu kesepakatan politik guna mengunjungi Yerusalem. Yang terpenting dalam hal ini adalah, kunjungan Muslim akan menegaskan kepemilikan umat Islam terhadap Yerusalem. "Kita tengah menghadapi adanya usaha Israel untuk melakukan yahudisasi terhadap Yerusalem," ungkap dia.
Sementara itu, Juru Bicara Hamas, Sami Abu Zuhri menolak pemikiran Abbas. Menurutnya, ide Abbas itu sama saja bentuk normalisasi dan hadiah bagi Israel. "Ini yang jadi masalah," kata dia.
Dukungan justru diberikan komunitas Muslim Yerusalem. Menurut mereka, kedatangan umat Islam ke Yerussalem akan membuka mata dunia Islam bahwa pemukim Yahudi kian tumbuh pesat di kota ini.
"Setiap hari, sekelompok Yahudi datang melalui pintu gerbang Mugrabi," kata Faisal Muhammad, salah seorang warga Yerusalem. "Apa yang mereka lakukan bukan kunjungan melainkan invasi."
Seperti diberitakan, Mufti besar Mesir, Azzam Al-Hatib, mengharapkan agar umat Islam tidak berhenti mengunjungi Masjid Al-Aqsha meski mendapat hadangan dari Israel. Dengan mengunjungi Masjid Al-aqsha, umat Islam akan tahu bagaimana perkembangan terkini dari Masjid Al-Aqsha.
"Dengan mengunjungi masjid ini, saya mendukung seruan Presiden Palestina, Mahmoud Abbas. Perlu anda ingat, Nabi Muhammad SAW telah menganjurkan untuk mengunjungi ketiga masjid bersejarah, yakni Makkah, Madinah dan Alqsha," kata dia seperti dilansir Reuters, Kamis (18/4).
Menteri Wakaf Palestina, Mahmud Al-Habbash, sependapat dengan Mufti Besar Mesir. Menurutnya, melarang umat Islam untuk mengunjungi Yerusalem merupakan hal yang aneh dan bertentangan dengan ajaran Nabi Muhammad SAW dan Alquran. "Yang dibutuhkan saat ini adalah mendukung fatwa untuk menolak kebijakan Israel yang berusaha untuk mengisolasi Palestina dan Yerusalem," komentar Habbash.