REPUBLIKA.CO.ID, OSLO--Sebanyak 40.000 Puluhan ribu demonstran melambaikan mawar dalam aksi di pusat kota, Oslo, Kamis (26/4) kemarin. Aksi itu merupakan bagian dari unjuk rasa guna mengenang para korban tragedi penembakan yang dilakukan Anders Breivik.
Sebagian besar peserta aksi tampak emosional. Mereka mengecam keras tindak keji yang dilakukan Breivik. Rasa emosional tak lagi tertahan saat Breivik menyanyikan lagi "Anak-anak Pelangi" di depan pengadilan.
Sebagai respon atas "hinaan" dari Brevik, masyarakat Norwegia segera meluncurkan kampanye via jejaring sosial Facebook. Dalam kampanye itu, masyarakat Norwegia diminta untuk merebut kembali lagu yang dinyanyikan Breivik, untuk diulangi kembali secara bersama-sama di dekat gedung pengadilan.
"Aku seperti merasa menginjak-injak lagu yang sering ku dengar saat kecil. Aku pun sering menyanyikannya untuk anak-anak," komentera Lill Hjoenevaag, salah seorang peserta aksi seperti dikutip alarabiya.net, Jum'at (27/4).
Breivik melakukan aksi kejinya pada 22 Juli tahun lalu. Aksi pertama yang dilakukannya adalah meledakan bom di dekat kantor pemerintah di Oslo. Dalam ledakan itu, korban tewas mencapai delapan orang. Selanjutnya, ia pergi ke pulau Otoeya, dimana ia menembak 69 orang, sebagian besar remaja, yang saat itu menghadiri kamp pemuda partai buruh.
Saat diadili, Breivik mengaku tidak bersalah. Menurutnya, hal itu dilakukan guna melindungi Norwegia dari serangan muslim Norwegia dan Eropa. Pernyataannya itu segera memancing emosional para korban yang kebetulan menghadiri sidang.
Anne Helene Lund, 24 tahun, menggambarkan ledakan itu melempar dirinya keluar dari bangunan kantor tempat ia bekerja. Ia menderita luka cukup parah. Hingga kini, ia masih merasa trauma dengan apa yang dialaminya.
Ayah Anne, Jan Henrik merasakan hal terbaik dan terburuk tengah menimpa putrinya. "Aku menyaksikannya bangkit, tapi aku begitu sedih dengan luka yang dideritanya," kata Lund yang segera meneteskan air mata.
Jaksa Inga Bejer Engh, dan sebagian penonton di ruang sidang pun menangis spontan. Sementara Breivik hanya terdiam kaku mendengar kesaksian para korban.