REPUBLIKA.CO.ID, BAQUBA -- Serangan bom mobil bunuh diri di dekat sebuah kafe dan pengeboman lain di dalam bangunan itu menewaskan delapan orang di Irak tengah, Kamis (26/4), sementara empat orang lagi tewas dalam serangan-serangan bom di Baghdad, kata sejumlah pejabat keamanan yang dilansir AFP, Jumat (27/4).
Bom bunuh diri menyerang sebuah kafe di desa Garma, sebelah utara Baquba di provinsi Diyala, kata Letnan Kolonel Polisi Ahmed al-Karkhi. Menurutnya, bom kedua meledak di dalam kafe itu ketika korban-korban yang tewas dan cedera diangkut ke luar, kata Karkhi, yang menyebut jumlah kematian dari kedua ledakan itu delapan, dan 18 orang cedera. Pejabat Kementerian Dalam Negeri juga menyebutkan, satu bom lagi meledak di Hurriyah, Baghdad Utara, Kamis Sore, dan menewaskan 11 orang.
Satu sumber medis di rumah sakit Kadhimiyah menyatakan, pihaknya telah menerima dua mayat dan 12 orang yang terluka. Di Kota Sadr, Baghdad utara, sebuah bom yang ditujukan pada patroli militer Irak menewaskan dua orang dan mencederai 13 lain, kata pejabat kementerian itu.
Kekerasan di Irak menurun sejak mencapai puncaknya pada 2006 dan 2007, namun serangan-serangan masih terus berlangsung. Menurut data pemerintah, 112 orang Irak tewas dalam kekerasan pada Maret. Irak dilanda kekerasan yang menewaskan puluhan orang dan kemelut politik sejak pasukan AS menyelesaikan penarikan dari negara itu pada 18 Desember 2011, meninggalkan tanggung jawab keamanan kepada pasukan Irak.
Perdana Menteri Irak, Nuri al-Maliki, (Syiah) sejak Desember mengupayakan penangkapan Wakil Presiden Tareq al-Hashemi atas tuduhan terorisme dan berusaha memecat Deputi Perdana Menteri Saleh al-Mutlak. Keduanya adalah pemimpin Sunni. Para ulama Sunni memperingatkan bahwa Maliki sedang mendorong perpecahan sektarian, dan pemrotes memadati jalan-jalan di Samarra, Ramadi, Baiji dan Qaim, banyak dari mereka membawa spanduk mendukung Hashemi dan mengecam pemerintah.
Para pejabat Irak mengeluarkan surat perintah penangkapan bagi Wakil Presiden, Tareq al-Hashemi, pada Senin (19/12) setelah mereka memperoleh pengakuan yang mengaitkannya dengan kegiatan teroris. Juru bicara Kementerian Dalam Negeri Irak Mayor Jendral Adel Daham mengatakan pada jumpa pers, pengakuan para tersangka yang diidentifikasi sebagai pengawal Hashemi mengaitkan wakil presiden tersebut dengan pembunuhan-pembunuhan dan serangan.