REPUBLIKA.CO.ID, MADINAH -- Sejumlah distrik di Kota Madinah, mengalami krisis air bersih. Warga Madinah pun mendesak Pemerintah Arab Saudi untuk segera menanggulangi krisis air bersih yang semakin memburuk.
Arab News, Kamis (27/4) melaporkan, kekurangan air bersih memaksa warga mengantre panjang di sejumlah titik pengiriman air untuk membeli air. Seorang warga bernama Ubaidullah Al Sihami mengatakan, meski ia sudah datang pagi hari untuk membeli air, tapi antrean sudah sangat panjang. Yang membuatnya kesal, ketika petugas membagikan nomor kepada warga yang mengantre, malah meminta mereka kembali lagi esok karena air sudah habis.
“Terjadi kekacauan saat nomor dibagikan, semuanya tak terkendali. Kenapa saya harus berdiri berjam-jam di bawah sengatan matahari, hanya untuk diberitahu agar kembali lagi besok?” keluh Al Sihami yang meminta Direktorat Jenderal Pengairan menyelesaikan masalah krisis air agar penderitaan warga berakhir.
Seorang penduduk distrik Al Harrah, Khalid Al Matrafi, mengungkapkan, dirinya sudah berhari-hari tidak mendapatkan air. Al Matrafi mengeluhkan harga tangki air yang mahal, yang dijual oknum penjual nomor antrian di luar stasiun distribusi air.
Ia menyebut, harga setangki air sekarang naik dari 160 riyal menjadi 350 riyal. Tangki ukuran sedang yang biasa dijual 90 riyal sekarang naik menjadi 200 riyal. Sedangkan harga tangki kecil meroket dari 60 riyal menjadi 120 riyal.
Hal serupa diminta Muhammad Al Urwi yang juga mendesak pihak berwenang agar menghentikan aksi para calo penjual tangki air. “Kami sekarang baru memasuki musim panas. Bagaimana keadaannya jika kami memasuki pertengahan musim panas dan permintaan air bertambah?” sebut dia.
Sementara Abdullah Musa menyatakan, antrean pembelian tangki air yang sangat panjang menimbulkan praktek percaloan dan melambungkan harganya. Daerah di Madinah yang mengalami kekurangan air di antaranya Al Masany, Al Sahman, Al Nasir, Al Hijra dan daerah timur Al Harrah.