Sabtu 28 Apr 2012 08:28 WIB

Serangan di Afghanistan, Prajurit Inggris Tewas

Pejuang Taliban, Afghanistan
Pejuang Taliban, Afghanistan

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Seorang prajurit Inggris tewas dalam serangan penembakan di provinsi Helmand, Afghanistan selatan, Jumat (27/4). "Dengan sedih, saya harus melaporkan bahwa hari ini seorang prajurit dari Batalyon I Garda Grenadier tewas akibat luka-luka tembakan yang dideritanya dalam serangan ketika berpatroli di distrik Nahr-e Saraj di provisi Helmand," kata Kementerian Pertahanan Inggris dan juru bicara satuan tugas Helmand, Mayor Ian Lawrence seperti dilansir AFP, Sabtu (28/4).

Kementerian Pertahanan Inggris mengatakan dalam sebuah pernyataan, keluarga dekat prajurit itu telah diberi tahu. Dengan kematian prajurit itu, jumlah personel militer Inggris yang tewas di Afghanistan mencapai 410 orang selama perang yang telah berlangsung lebih dari 10 tahun.

Inggris menempatkan sekitar sekitar 9.500 prajurit di Afghanistan. Sebagian besar berpangkalan di Helmand di mana mereka memerangi gerilyawan Taliban. London berencana menarik seluruh pasukan tempur Inggris dari Afghanistan sebelum 2015.

Presiden Hamid Karzai dan negara-negara Barat pendukungnya telah sepakat bahwa semua pasukan tempur asing akan kembali ke negara mereka pada akhir 2014. Namun Barat berjanji memberikan dukungan yang berlanjut setelah masa itu dalam bentuk dana dan pelatihan bagi pasukan keamanan Afghanistan.

Pada Oktober, Taliban berjanji akan berperang sampai semua pasukan asing meninggalkan Afghanistan. Gerilyawan meningkatkan serangan terhadap aparat keamanan dan juga pembunuhan terhadap politikus, termasuk yang menewaskan Ahmed Wali Karzai, adik Presiden Hamid Karzai, di Kandahar pada Juli dan utusan perdamaian Burhanuddin Rabbani di Kabul bulan September.

Konflik meningkat di Afghanistan dengan jumlah kematian sipil dan militer mencapai tingkat tertinggi tahun lalu. Saat itu, kekerasan yang dikobarkan Taliban meluas dari wilayah tradisional di selatan dan timur ke daerah-daerah barat dan utara yang dulu stabil.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement