Sabtu 28 Apr 2012 07:38 WIB

Militer Lebanon Gagalkan Penyelundupan Senjata ke Suriah

Gerilyawan Suriah melepaskan tembakan saat terjadi baku tembak dengan pasukan pemerintah Suriah di pinggiran Damaskus, Ibukota Suriah.
Foto: AP
Gerilyawan Suriah melepaskan tembakan saat terjadi baku tembak dengan pasukan pemerintah Suriah di pinggiran Damaskus, Ibukota Suriah.

REPUBLIKA.CO.ID,  BEIRUT -- Angkatan Laut Lebanon, tanpa koordinasi dengan kekuatan maritim Pasukan Sementara Perserikatan Bangsa Bangsa di Lebanon (UNIFIL), Jumat menangkap kapal yang mencoba menyelundupkan sejumlah besar senjata ke Suriah, kata jaringan TV NBN.

Sumber-sumber keamanan mengatakan kepada Xinhua bahwa kapal itu dicegat di perairan lepas pantai kota utara Batroun, Lebanon, dan dibawa ke pelabuhan Selaata di Lebanon utara, dengan sejumlah anggota awaknya yang ditangkap.

Sumber itu menambahkan bahwa angkatan laut sedang melakukan pemeriksaan pada tiga kontainer di atas kapal yang dicurigai penuh dengan senjata dan amunisi.

Sementara itu Sekjen PBB Ban Ki-moon Kamis mengatakan pemerintah Suriah "melanggar" satu rencana perdamaian yang telah disetujui karena tetap mengerahkan pasukan dan senjata berat di kota-kota.

Ban juga mengatakan ia "sangat cemas" oleh laporan-laporan penembakan di daerah-daerah penduduk di Suriah, dalam satu pernyataan yang dikeluarkan setelah sejumlah orang tewas di kota Hama.

Para aktivis menyalahkan pemerintah dan menyatakan 60 orang tewas, termasuk 16 anak-anak, sementara media pemerintah Suriah mengatakan 16 orang tewas ketika satu bom yang disiapkan "para teroris" meledak lebih awal di satu rumah.

Lebih dari 9.000 orang tewas sejak pemberontak meletus menentang pemerintah Presiden Bashar al-Assad, sementara kelompok-kelompok non-pemerintah mengatakan jumlah korban tewas lebih dari 11 ribu orang.

Atas tekanan internasional yang kuat, pemerintah Bashar Assad setuju menarik pasukan dari kota-kota sebagai bagian dari rencana perdamaian enam pasal bagi Suriah yang disetujui dengan utusan khusus PBB-Liga Arab Kofi Annan.

Gencatan senjata, yang secara resmi dimulai 12 April tetapi hampir tidak dilaksanakan itu, akan diawasi oleh 300 pemantau PBB yang menurut rencana akan tiba di Suriah dalam beberapa pekan ke depan. Satu tim pendahuluan kecil telah bertugas di lapangan.

Ban "tetap menghadapi masalah pelik akibat kehadiran senjata-senjata berat, peralatan militer dan personil tentara di pusat-pusat permukiman, seperti yang dilaporkan Pemantau Militer PBB," kata pernyataan PBB.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement