REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON---AS tidak berencana untuk mengirim pemantau ke Suriah sebagai bagian dari rencana perdamaian yang didukung PBB untuk mengakhiri konflik 14-bulan di negara itu, kata juru bicara Departemen Luar Negeri Victoria Nuland.
"Kami tidak berencana untuk memiliki pemantau Amerika," kata Nuland kepada wartawan saat konferensi pers harian di Washington.
Dia menambahkan, ''Kami jelas mendukung misi ini secara finansial dan kami juga siap memberikan dukungan logistik seperti yang kita evaluasi kebutuhannya."
Dewan Keamanan PBB telah menyetujui pengiriman 300 pengamat ke Suriah untuk memantau gencatan senjata antara pasukan pemerintah dan oposisi sebagai bagian dari rencana perdamaian yang diusulkan oleh utusan PBB dan Liga Arab Kofi Annan.
Satu tim pendahuluan terdiri delapan pengamat telah bekerja di Suriah. Misi ini telah disetujui untuk bekerja pada periode awal selama 90 hari.
Damaskus telah menegaskan bahwa para anggota satuan pemantauan datang dari negara-negara sahabat ke Suriah, seperti Rusia, China, India, Brasil dan Afrika Selatan. Tim pemantau pendahuluan dipimpin oleh seorang kolonel Maroko. Tim ini melibatkan salah satu perwira Rusia, dan tiga orang Rusia lainnya diharapkan untuk bergabung pada misi.
Meskipun kehadiran para pemantau, namun ada laporan berbagai pelanggaran gencatan senjata oleh kedua pihak, oposisi dan pasukan pemerintah, di mana puluhan orang tewas.
Nuland mengatakan mereka memerangi Presiden Bashar al-Assad yang harus disalahkan atas terjadinya kekerasan berkelanjutan. "Yah, jelas, kita semua dapat melihat bahwa rezim Assad gagal memenuhi kewajibannya menurut rencana enam-pasal [Annan]," katanya.
Dia menambahkan, "jika kita gagal, kegagalan total atas rencana yang kita semua dukung maka kita harus kembali ke New York dan mendorong sanksi-sanksi internasional untuk dikenakan pada Suriah oleh Dewan Keamanan PBB.
Rusia dan China telah berbicara keras menentang sanksi-sanksi yang akan dikenakan pada Suriah. Moskow dan Beijing telah memveto dua resolusi PBB yang mengutuk rezim Suriah untuk pertumpahan darah itu, dan merujuk resolusi itu bias pro pemberontak, tetapi keduanya memberikan dukungan penuh mereka pada rencana Annan.