Senin 30 Apr 2012 12:26 WIB

Israel: Perundingan Gagal, Palestina yang Salah

Rep: Amri Amrullah/ Red: Endah Hapsari
Israel-Palestina/ilustrasi
Foto: theurbn.com
Israel-Palestina/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK - Mantan Perdana Menteri Israel, Ehud Olmert menuduh Palestina yang menyebabkan setiap perundingan Israel-Palestina yang selalu gagal. Olmert menuduh keengganan Palestina dengan kesepakatan dua negara membuat kegagalan perundingan terus terjadi. "Pemimpin Palestina harus setuju dengan kesepakatan tersebut. Itu Pertama dan terpenting, bila tidak maka Palestina lah yang bersalah," ungkap Olmert dalam konferensi pers dan diskusi panel Jerussalem Post di New York, yang dilansir dari Jerusalem Post (30/4).

Selain itu, Olmert juga menuding menteri-menteri di bawah dirinya ketika ia berkuasa, juga melakukan sabotase atas perundingan dengan Presiden Otoritas Palestina, Mahmoud Abbas. "Mereka seharusnya menjawab rencana saya saat itu, dan mereka harus menjawab rencana Menteri Pertahanan Ehud Barak saat ini," ujarnya.

Olmert juga menyindir Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, yang dia anggap tidak berbuat banyak dalam proses perdamaian kedua negara. Perdamaian ini, jelas Olmert, adalah kepentingan Israel, karenanya Israel harus mewujudkan perdamaian ini tanpa membuat alasan untuk menggagalkannya. "Dulu kami mencari alasan, namun saat ini harus berkomitmen menghadirkan negara Palestina dan menunggu respon mereka," katanya.

Menurut Olmert pembangunan permukiman bukan masalah baru, ini adalah masalah yang berkelanjutan yang telah menjadi sumber kontroversi. Selanjutnya ia mengatakan, pemimpin Israel tulus atas perdamaian itu, dan Israel tetap akan terus membangun pemukiman di beberapa wilayah.

Seperti di Har Homa dan Pisgat Ze'ev, Olmert mengatakan, Israel ingin agar semua orang tahu wilayah ini akan menjadi bagian dari Israel dalam kesepakatan perdamaian. 

Olmert membela rekor Presiden AS Barack Obama mengenai Israel. Terlepas dari krisis ekonomi AS, Olmert memuji Obama karena tidak memotong bantuan pertahanan untuk Israel. 

Sedangkan Olmert tidak simpati terhadap mantan presiden George W. Bush. Ide Bush yang ingin membagi Yerusalem, telah memperkeruh suasana perdamaian. Ini membuat Palestina memandang Bush sebagai teman Israel. sementara Obama dipandang sebagai musuh.

sumber : jerusalem post
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement