Senin 30 Apr 2012 14:23 WIB

Dewan Militer Rajut Kembali Hubungan yang Retak dengan Arab Saudi

Rep: Lingga Permesti/ Red: Djibril Muhammad
Kedubes Arab Saudi di Kairo, Mesir.
Foto: Ahmed Gomaa/AP
Kedubes Arab Saudi di Kairo, Mesir.

REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO - Dewan militer Mesir mengupayakan untuk memperbaiki hubungan dengan Arab Saudi yang telah menarik duta besarnya dari negara itu, pada Sabtu (28/4). "Ini langkah mengejutkan Arab Saudi, saya meminta pihak berwenang di Riyadh untuk menyembuhkan keretakan," kata Kepala Dewan Militer, Field Marshal Mohamed Hussein Tantawi, Ahad (30/4).

Tantawi juga meminta kabinet Mesir untuk menekankan cinta dan hormat untuk Arab Saudi. Kementerian Luar Negeri Mesir mengutuk tindakan tidak bertanggung jawab para demonstran yang menyerang kedutaan Arab Saudi. Hal tersebut bertentangan dengan hubungan baik Mesir dan Arab Saudi.

Menanggapi permintaan Tantawi untuk membuka kembali kedutaan besar Kairo dan konsulat Arab Saudi di Suez dan Alexandria, Arab Saudi melalui Raja Abdullah akan mengkaji hal itu dalam beberapa hari mendatang.

Ketegangan Mesir dan Arab Saudi terjadi saat para demonstran mengepung kedutaan Saudi Arabia di Kairo dan kantor-kantor perwakilan Saudi Arabia lainnya di seluruh Mesir. Mereka memrotes penahanan pengacara HAM Mesir Ahmed el-Gezawi.

Para pendukungnya mengatakan ia ditahan sebagai balasan atas tuntutan yang diajukannya terhadap kerajaan Saudi Arabia berkenaan dengan perlakuan buruk terhadap para pekerja Mesir di negara itu. Aktivis juga mengecam penahanan in absentia Gezawi selama satu tahun penjara dan 20 cambukan karena menghina Raja Abdullah.

Sementara Arab Saudi membantah hal itu dan mengatakan Gezawi ditangkap karena berupaya menyelundupkan sejumlah besar obat-obatan anti-depresi terlarang, Xanax, yang dilarang Arab Saudi. Harian Okaz Saudi melaporkan pada Sabtu bahwa Gezawi telah menyelundupkan pil di dalam botol susu formula bayi dan kotak untuk menyimpan Alquran.

Tetapi, warga Mesir terlanjur marah akan aksi Arab Saudi itu. Dalam sebuah pernyataan, partai politik Ikhwanul Muslimin menyatakan bentuk protes di kedutaan besar menunjukkan keinginan Mesir untuk menjaga martabat warga mereka di negara-negara Arab.

"Kami menyeru Dewan militer untuk mengambil langkah serius menyelesaikan masalah Gezawi dengan cara menjamin martabat Mesir, namun pada saat yang sama mempertahankan hubungan Mesir dan Arab Saudi," katanya.

Analis menganggap, ketegangan antara Mesir dan Arab Saudi telah meningkat lebih dari setahun ini. Arab Saudi terguncang oleh jatuhnya rezim Hosni Mubarak dan kekhawatiran kebangkitan Ikhwanul Muslimin. "Bukan rahasia lagi bahwa Arab Saudi sangat peduli tentang kehilangan salah satu sekutu Arab dan bangkitnya Ikhwanul Muslimin,"kata analis politik di Doha Brookings Center, Shadi Hamid.

Sementara menurut analis politik dan redaktur Al Ahram, Amira Howeidi mengatakan, penutupan kedutaan itu merupakan keputusan reaksioner. "Saya rasa itu bukan keputusan politis atau strategis. Keputusan itu didasarkan pada tanggapan terhadap demonstrasi di Mesir dan tanggapan terhadap revolusi Mesir, tetapi bukan isu yang bisa membahayakan atau merusak hubungan Saudi Arabia dengan Mesir, yang sangat kuat," paparnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement