REPUBLIKA.CO.ID, KHATMANDU--Komunitas muslim Nepal mengharapkan dilibatkan dalam proses pembangunan kembali negara yang hancur lebur karena perang saudara. Harapan itu diutarakan jelang sidang Majelis Konstituen Nepal (CA) yang tengah menyusun konstitusi baru selepas negara itu menghapuskan sistem monarki.
Sheikh Islam, pemimpin komunitas muslim di Mantikar, mengatakan muslim adalah bagian dari Nepal. Muslim adalah elemen lain yang tumbuh dalam masyarakat Nepal. Sebabnya, ia berharap pemerintah Nepal memberikan kesempatan untuk mendengar suara dan sumbangsih muslim dalam membangun kembali Nepal. "Kami muslim, namun kami juga bagian dari Nepal," kata dia seperti dikutip .irinnews.org, Selasa (1/5).
Harapan Sheiks sungguhlah wajar, mengingat populasi muslim Nepal mencapai 4.2 persen dari 30 juta penduduk Nepal. Sekitar 90 persen muslim Nepal menetap di Terai, wilayah perbatasan dengan India. "Di desa, kami berusaha kerasa menjaga toleransi beragama. Dan masyarakat kami memiliki harapan bahwa umat Islam memiliki suara," kata dia.
Pada tahun 2007 silam, dari 329 anggota parlemen, kelompok muslim hanya diwakili empat orang. Jumlah itu jelas tidak merepresentasikan populasi muslim secara keseluruhan. Yang lebih penting lagi, jumlah itu tidak sesuai dengan ide sistem federal yang tengah digodok pemerintah untuk merepresentasikan 100 kelompok etnis di negara ini.
Sheikh sempat mempertanyakan masalah itu apakah terkait dengan meningkatnya ketakutan terhadap muslim di seluruh dunia. Padahal muslim juga berjuang bersama masyarakat lainnya untuk kemajuan yang lebih baik bagi Nepal. "Apakah Nepal takut kepada kami. Karena itulah, kami mendesak untuk adanya perubahan," ujarnya.
Anggota Parlemen dan Kordinator Aliansi Perjuangan Nasional Muslim (NMSA), Sadrul Miya Haq, menilai tidak ada tujuan lain bagi muslim untuk dapat memperjuangkan haknya dalam membangun masjid, melaksanakan kepercayaan secara terbuka dan tidak ada prasangka negatif terhadap muslim. "Apa yang kami minta merupakan bagian dari usaha menciptakan kebebasan beragama dalam negara ini," ujarnya.
Majelis Konstituante Nepal (CA), sebuah badan legislatif terpilih pada tahun 2008 bakal menyusun konstitusi berikutnya. Lebih dari lima tahun sejak akhir perang sipil selama satu dekade antara pasukan Maois dan pemerintah, di mana 13.000 orang tewas, banyak orang Muslim mengeluh bahwa mereka telah dilibatkan dalam pembentukan konstitusi.