Kamis 03 May 2012 22:45 WIB

Pasca-Konflik, Sudan Mulai Produksi Minyak Lagi

Rep: Lingga Permesti/ Red: Hafidz Muftisany
 Pasukan Sudan mengamati pipa minyak yang terbakar akibat serangan bom di kota Heglig, Sudan, Kamis (24/4) lalu.
Foto: Abd Raouf/AP
Pasukan Sudan mengamati pipa minyak yang terbakar akibat serangan bom di kota Heglig, Sudan, Kamis (24/4) lalu.

REPUBLIKA.CO.ID, KHARTOUM-- Sudan mulai memperbaiki dan memompa kilang minyaknya setelah pertempuran intensif dengan Sudan Selatan bulan lalu. Minyak merupakan sumber kehidupan kedua negara.

Keduanya terlibat peperangan sepanjang 1.800 kilometer perbatasan. Pertempuran tersebut dikhawatirkan semakin menjadi konflik besar-besaran.

Anggota Dewan Keamanan PBB menyetujui resolusi yang mengancam keduanya dengan sanksi jika tak juga menghentikan pertempuran dalam dua pekan ke depan, seperti yang diminta Uni Afrika. Sementara Cina, yang memiliki hubungan perdagangan yang erat dengan kedua negara menolak desakan barat untuk sanksi lanjutan tersebut.

Pada 24 April lalu, Uni Afrika meminta Sudan dan Sudan Selatan untuk melanjutkan pembicaraan. Mereka akan memberi peringatan kedua jika kedua negara gagal mengatasi pertempuran.

Sudan Selatan, juga berkomitmen untuk peta mediasi yang disokong Uni Eropa. Sementara itu, Tentara Sudan Selatan (SPLA), mengatakan telah menewaskan 27 tentara Sudan dalam bentrokan negara itu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement