Jumat 04 May 2012 09:53 WIB

Derita Generasi Muda Italia, Paling Berat Rasakan Krisis

Italia
Italia

REPUBLIKA.CO.ID, ROMA - Krisis ekonomi yang melanda negara-negara Eropa belum juga mengenal kata usai. Bahkan, usai Yunani, Italia juga kurang lebih berada dalam kondisi yang sama, di mana dililit krisis eknomi.

Dan tahukah anda, dari krisis tersebut, yang paling berat merasakan adalah para generasi muda negeri Pizza tersebut. Mungkin ini merupakan sebuah derita bagi para generasi muda Italia.

Namun, satu di antara generasi muda Italia, ada yang terbilang beruntung dapat 'survive' di tengah kondisi ekonomi Italia yang bertambah buruk. Ia adalah Rosella Daniele. Ia menganggap dirinya termasuk orang yang beruntung.

Bagaimana tidak, pascalulus dari universitas di kota Salerno, Italia selatan, setahun lalu, perempuan yang berusia 25 tahun tersebut akhirnya mendapat pekerjaan di satu kantor di Roma.

Namun ia tak menerima gaji dan tak memiliki jaminan kerja ketika kontraknya berakhir dalam waktu enam bulan.

 "Tidak mudah," kata Daniele kepada Xinhua. "Tanpa memiliki pengalaman, orang tak bisa mulai bekerja," tambahnya.

Menurut jumlah paling akhir pemerintah yang dikeluarkan oleh Lembaga Statistik Nasional (ISTAT), angka pengangguran naik jadi 9,8 persen pada Maret, tingkat tertinggi sejak 2000.

Sekarang terdapat lebih dari 2,5 juta pengangguran di Italia --23,4 persen lebih daripada jumlahnya setahun lalu. Pemuda Italia memikul beban krisis, hampir 36 persen pemuda yang berusia 15 dan 24 tahun sekarang mencari kerja.

Daniele dipaksa pindah ke ibu kota Italia dari kota tempat tinggalnya, Salerno, di sebelah selatan Napoli, sebab tak ada kesempatan kerja di sana buat lulusan fakultas ilmu komunikasi.

Banyak temannya telah memutuskan untuk pindah ke Paris atau London untuk mencari kerja, tapi ia menolak untuk meninggalkan Italia. "Seseorang harus tinggal dan saya optimistis mengenai masa depan," kata Daniele. "Cepat atau lambat, keadaan akan membaik bahkan sekalipun sekarang tak terlihat peluang itu," katanya lagi.

Emma Marcegaglia, kepala organisasi pengusaha terbesar, Confindustria, pada Rabu (2/5), menggambarkan jumlah pengangguran sebagai sesuatu yang "mengkhawatirkan", sementara para pemimpin serikat pekerja menyerukan langkah mendesak guna mendorong pertumbuhan.

"Kita harus mengubah kebijakan yang parah dan resesi menjadi kebijakan pertumbuhan," kata Susanna Camusso, pemimpin serikat pekerja terbesar, CGIL.

Rakyat Italia belum pulih dari pukulan jumlah pengangguran paling akhir saat mereka menghadapi beban pajak yang lebih besar dan biaya lain. Inflasi bertahan pada kisaran 3,3 persen tapi harga bahan bakar telah naik lebih dari 20 persen.

Setelah terperosok ke dalam resesi keempatnya sejak 2001 dalam tiga bulan terakhir tahun lalu, kini ada keprihatinan bahwa ekonomi akan kian terjerumus ke dalam resesi tahun ini.

Survei baru yang dikeluarkan Rabu oleh IPR Marketing dan dilakukan untuk Association of Italian Christian Workers (Acli) mendapati 60,2 persen orang Italia jadi korban krisis ekonomi dan 44,7 persen tidak aman serta mengkhawatirkan masa depan.

Di antara keprihatinan yang lebih besar ialah kekhawatiran di kalangan lebih dari 40 persen warga bahwa negara tersebut akan berada dalam kondisi yang jauh lebih buruk saat akhirnya keluar dari resesi.

Statistik paling akhir dikeluarkan saat pemerintah menyeru rakyat Italia agar melaporkan kondisi penghambur-hamburan oleh masyarakat sebagai bagian dari kajian pengeluaran yang diharapkannya akan menghasilkan 4,2 miliar euro dalam dana tambahan negara.

Parlemen masih membahas langkah kontroversial pembaruan tenaga kerja yang dirancang untuk memudahkan pengusaha mempekerjakan dan memecat tenaga kerja. Sementara itu, pada awal pekan ini, Organisasi Buruh Internasional (ILO) memperingatkan langkah penghematan pemerintah dapat menambah panjang resesi dan menghambat pertumbuhan.

sumber : Antara/Xinhua-OANA
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement