REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO---Dewan Tertinggi Militer (SCAF) yang berkuasa di Mesir memberlakukan jam malam terbatas di Maidan Abbasea, dan sekitar kompleks Kementerian Pertahanan di Kairo Timur.
Jam malam atau larangan keluar malam di Maindan Abbasea itu berlaku mulai Jumat malam pukul 23.00 hingga pukul 7.00 waktu setempat, kata Jenderal Mukhtar El Mulla dalam, Jumat malam (Sabtu dini hari WIB).
Pemberlakuan jam malam tersebut ditetapkan menyusul bentrokan berdarah dalam aksi demontrasi sejuta umat seusai shalat Jumat menewaskan sedikitnya satu orang dan pulahan lainnya luka-luka.
SCAF juga menutup semua jalan ke arah Kementerian Pertahanan seperti Jalan Khalifah Al Maamun, Jalan Abbasea dan Jalan Ain Shams.
SCAF yang berkuasa sejak mundurnya Presiden Hosni Mubarak pada 11 Febrauri 2011 itu juga meminta semua rakyat Mesir untuk tentang, dan berjanji akan menyeret mereka yang melanggar hukum yang berlaku.
Demo sejuta umat anti-pemerintah itu semula berlangsung damai, namun kemudian berubah menjadi bentrokan antara pengunjuk rasa dan aparat keamanan dari militer dan kepolisian.
Demo sejuta umat itu berlangsung di dua tempat, yaitu di Bundaran Tahrir di pusat kota Kairo dan di Maindan Abbaseia, Kairo Timur, yang berdekatan dengan Kementerian Pertahanan.
Tembakan gas air mata dan semprotan air dilancarkan untuk membubarkan massa yang umumnya pemuda dan mahasiswa.
Bentrokan di Maidan Abbasea itu merupakan kedua kalinya dalam pekan ini setelah pada Rabu (2/5) menewaskan sedikitnya 12 orang dan melukai lebih dari 170 orang.
Militer telah menyampaikan permintaan maaf atas korban jiwa tersebut, dan menuduh provokator yang menimbulkan bentrokan tersebut.
Mesir saat ini sedang menyongsong pemilihan presiden yang dijadwalkan digelar tiga pekan lagi, pada 23 dan 23 Mei.