REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Ratusan orang ditangkap petugas kepolisisan Moskow saat melakukan aksi protes menolak pelantikan Presiden Rusia, Vladimir Putin. Penangkapan tersebut membuat ribuan warga terlibat bentrok dengan aparat.
Menjelang pelantikan Putin, untuk masa jabatan barunya, bentrokan tak terelakan antara ratusan warga yang menentang pelantikan tersebut dengan petugas keamanan. Para petugas menangkap ratusan pengunjuk rasa di jalan-jalan di Kota Moskow, saat mereka melancarkan aksi protes.
Malam itu, sebuah protes terorganisis yang dipimpin gerakan oposisi menolak diangkatnya Putin sebagai Presiden Rusia. Awalnya, unjuk rasa berlangsung damai sejak siang hari. Hingga sekelompok massa mencoba menembus pihak kepolisian. Setelah itu aksi pun berujung bentrok dengan aparat keamanan.
Akibat bentrokan tersebut, enam pendemo dibawa ke rumah sakit dan 15 polisi anti huru hara terluka. Sedikitnya 600 orang dari kelompok oposisi ditahan petugas keamanan. Menariknya, juru bicara Putin, Dmitry Psekov melontarkan pernyataan yang memperkeruh suasana dan terkesan provokatif disaat situasi sedang memanas. Ia mengatakan, polisi Moskow tak seharusnya bertindak 'lembut', namun harus lebih keras menghadapi pengunjuk rasa.
Putin memenangkan sekitar 63 persen suara dalam pemilihan umum Maret lalu. Hal ini membuat Putin resmi menjadi Presiden Rusia. Setelah sebelumnya beristirahat selama empat tahun dan menjabat perdana menteri. Namun pihak oposisi, kelompok beragam dari golongan kiri, nasionalis dan demokrat menduga ada penyimpangan dalam kemenangan Putin.
Seorang pengunjuk rasa Margarita (54) dengan mengenakan pita putih demonstran mengatakan, mungkin tindakan mereka tak banyak berpengaruh saat ini. Namun, mereka berjanji akan terus menyuarakan penolakan mselama mereka mampu.
"Penting bagi kami untuk meneriakan ini semampu kami. Sebab orang beradab di negeri ini tak akan mendukung 'pencuri' untuk duduk di Kremlin," ujar Margarita.
Protes sudah dimulai sejak pemilihan parlemen Rusia pada Desember lalu. Puluhan ribu orang turun ke jalan-jalan Moskow dalam beberapa waktu lalu. Aksi protes mereka sempat mereda, hingga Putin kembali memenangkan suara dalam pemilu.
Pemerintah Rusia kemudian mengerahkan ribuan polisi anti huru hara. Para petugas ini berjaga di Jembatan Bolshoi Kamenny, yang mengarah ke Bolotnaya Square menuju Kremlin. Tugas mereka yakni, memastikan tak adanya demonstran yang menghambat jalan Putin meraih kursi kekuasaan di Rusia.
Ini adalah pertama kalinya para pengunjuk rasa melakukan aksi penolakan secara massal. Bentrokan membuat banyak orang terluka. Polisi menangkap para pemimpin partai oposisi, dan saat ini ratusan orang yang ditangkap tersebut menghadapi hukuman 15 hari penjara.