REPUBLIKA.CO.ID, KOLKATA -- Amerika Serikat (AS) terus berupaya untuk mendapatkan dukungan India untuk menekan Iran. Tekanan itu terkait upaya pengurangan minyak dari Iran ke beberapa negara, termasuk ke India. Untuk itu, AS mengirimkan Menteri Luar Negeri, Hillary Clinton, ke Kolkata, guna mendekati India dan mempersempit jurang pemisah atas perbedaan pendapat soal minyak Iran tersebut.
Hillary dijadwalkan bertemu di New Delhi dengan Perdana Menteri Manmohan Singh. Kedua negara itu sebelumnya sempat menyelesaikan 'perang dingin' karena tidak saling percaya. Namun, hubungan itu terusik lagi dengan silang pendapat soal minyak Iran yang terus diserukan AS untuk ditekan jumlah.
AS berencana memberlakukan sanksi mulai 28 Juni atas bank dari negara yang terus membeli minyak dari Iran. Hal itu untuk menekan Iran agar menghentikan pembuatan senjata nuklirnya. Iran membantah soal program senjata itu, namun Negara Barat dan Israel terus menuding Iran soal itu.
Sementara itu, India sangat tergantung atas impor minyak dan sejak kemerdekaannya. Negara itu telah menentang keras setiap tindakan yang dipandangnya sebagai ajaran asing. Perusahaan India secara diam-diam telah mengurangi minyak Iran, meskipun satu delegasi besar perdagangan Iran sedang mengunjungi New Delhi pada saat yang sama dengan kedatangan Hillary.
Meski dikatakan bahwa India telah memberikan sedikit kemajuan atas tekanan tersebut, namun, menurut laporan AFP, Senin (7/5), Hillary diharapkan bisa mengupayakan jaminan yang kuat atas komitmen India atau bahkan mengecualikan negara itu dari sanksi. Di sisi lain, India sudah memperoleh pengecualian dari Uni Eropa dan Jepang.
Beberapa perubahan sikap India yang mengagetkan AS, antara lain dukungan India resolusi PBB untuk meningkatkan hak asasi manusia Sri Lanka. India juga telah mempersiapkan hubungan dengan musuh lamanya, Pakistan, dan menghilangkan duri dalam daging bagi AS.