Rabu 09 May 2012 05:30 WIB

Yunani Bergejolak, Harga Minyak Kembali Merosot

Bursa Efek Yunani
Foto: Thanassis Stavrakis/AP
Bursa Efek Yunani

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK---Harga minyak mentah jatuh pada Selasa (Rabu pagi WIB), tertekan kekhawatiran penolakan Yunani atas program dana talangannya, setelah seorang politisi kiri penting berjanji untuk menolak langkah-langkah penghematan di bawah bailout Uni Eropa-IMF.

 

Kontrak utama New York kontrak, minyak mentah West Texas Intermediate untuk pengiriman Juni, ditutup pada 97,01 dolar AS per barel, turun 93 sen dari Senin. Itu adalah penutupan WTI terendah sejak 2 Februari.

Minyak mentah Brent North Sea untuk penyerahan Juni turun 43 sen menjadi menetap pada 112,73 dolar AS per barel di perdagangan London.

Ketidakpastian politik di Eropa setelah pemungutan suara anti penghematan pada akhir pekan menjadi-jadi: Politisi Yunani kesulitan membentuk pemerintahan koalisi dan Sosialis, Francois Hollande, presiden terpilih Prancis, menghadapi tekanan untuk berdiri dengan janji penghematan negara itu.

"Hasil pemilu Eropa menghidupkan kembali kekhawatiran tentang krisis utang zona euro, memperkuat kecemasan tentang pertumbuhan lesu ekonomi dan permintaan minyak bumi," kata Phillip Futures dalam sebuah komentar pasar.

Hasil di Prancis dan Yunani "menimbulkan keraguan tentang kemampuan kawasan untuk melanjutkan langkah-langkah penghematan yang dianggap penting untuk mengatasi melonjaknya utang dan kontraksi ekonomi," katanya menambahkan.

Sentimen "bearish" yang dipicu oleh gejolak Eropa mendorong dolar, membuat minyak mentah lebih mahal dalam mata uang lain dan cenderung untuk menangkal pembeli.

Juga meredam sentimen adalah ekspektasi kenaikan stok minyak mentah AS untuk ketujuh minggu berturut-turut, yang akan menunjukkan melemahnya permintaan energi di negara konsumen minyak terbesar di dunia.

Laporan persediaan mingguan dari Departemen Energi AS ini akan diumumkan Rabu. Stok saat ini di tingkat tertinggi sejak September 1990. "Stok minyak mentah AS mungkin telah naik ke tingkat yang tidak terlihat selama lebih dari 20 tahun, yang telah melemahkan harga," kata Justin Harper, ahli strategi pasar di IG Markets Singapura.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement