Rabu 09 May 2012 14:09 WIB

Palang Merah Internasional & UE Desak Israel Izinkan Tahanan Ditemui Keluarga

Rep: Lingga Permesti/ Red: Djibril Muhammad
Warga Palestina membawa poster tahanan Palestina di Israel yang mogok makan memprotes penahanan adminstratif
Foto: AFP
Warga Palestina membawa poster tahanan Palestina di Israel yang mogok makan memprotes penahanan adminstratif

REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA - Komite Palang Merah Internasional (ICRC) dan Uni Eropa (UE) menyatakan keprihatinan mengenai tahanan Palestina yang melakukan aksi mogok makan. Mereka mendesak Israel untuk segera membawa para tahanan ke rumah sakit dan mengizinkan untuk dikunjungi anggota keluarga, Selasa (8/5).

Dalam pernyataannya, delegasi Uni Eropa di Yerusalem dan Ramallah menyatakan kekhawatiran atas kesehatan para tahanan. Dua di antara tahanan sudah mogok makan selama 70 hari. "Kami prihatin tentang kondisi kesehatan para tahanan yang semakin memburuk di penjara-penjara Israel selama lebih dari dua bulan," kata pernyataan delegasi tersebut.

Uni Eropa (UE) juga menegaskan agar Israel menghentikan penahanan secara administratif di mana tersangka dapat ditahan tanpa tuduhan dan batas waktu. "Para tahanan memiliki hak untuk diberitahu mengenai alasan penahanan mereka dan tunduk pada pengadilan yang adil tanpa penundaan," kata pernyataan itu.

Sementara ICRC juga menyuarakan hal yang sama. ICRC khawatir atas bahaya kematian yang akan menerpa para tahanan. "Kami mendesak pihak berwenang penjara untuk segera mentransfer keenamnya sehingga kondisinya bisa dipantau dan mendapatkan perawatan medis," kata Kepala ICRC di wilayah-wilayah pendudukan, Juan Pedro Schaerer.

Para tahanan tersebut telah melakukan aksi mogok makan antara 47 dan 71 hari. Mereka sekarang dalam kondisi kritis. Namun ICRC juga menjunjung tinggi hak mereka memilih apakah ingin menerima pengobatan karena aksi tersebut dilindungi konvensi internasional.

"Meskipun kami mendukung pengobatan medis, berdasar World Medical Association, para tahanan berhak memilih apakah menyetujui diberi makan atau menerima pengobatan medis," kata Schaerer. Namun demikian, menjadi penting bahwa pilihan mereka dan martabat kemanusiaan dihormati.

Lima tahanan yang telah menolak makanan sudah tujuh sampai sepuluh minggu dalam kondisi mengkhawatirkan. Bilal Diab (27 tahun) dan Thaer Halahla (33 tahun), keduanya sudah sepuluh minggu mogok makan.

Kondisi mereka memicu keprihatian yang besar di kalangan medis dan hukum. Adapun Hassan Safdi (31) telah 65 hari mogok makan, Omar Abu Shlal memasuki hari ke-40 mogok makan, Jaffar Ezzedine telah 48 hari tanpa makan.

Diab dipindahkan pada pekan lalu ke rumah sakit sipil di Assaf Harofeh, amun empat lainnya masih ditahan di rumah sakit penjara Ramle dekat Tel Aviv. Dokter untuk Hak Asasi Manusia Israel (PHR) menyatakan keprihatinan, karena mereka tidak mendapat perawatan medis yang memadai.

Juru bicara PHR Amani Daeef mengatakan layanan penjara Israel menolak untuk menerima kunjungan anggota keluarga para tahanan. "Sesuai hukum internasional dan Israel, setiap pasien memiliki hak untuk melihat keluarganya," kata Amani.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement