REPUBLIKA.CO.ID, KHARTOUM---Misi PBB menyatakan, mayat bergeletakan di kota Girayda setelah pendudukan singkat oleh kelompok gerilya di wilayah Darfur yang dilanda perang di Sudan barat.
Pasukan Sudan merebut kembali Kota Girayda dan daerah sekitarnya, namun sembilan prajurit pemerintah tewas dalam bentrokan, kata Pusat Media Sudan (SMC).
Pasukan penjaga perdamaian asing melihat dampak bentrokan itu setelah mereka mulai berpatroli lagi di daerah tersebut pada Rabu, kata Christopher Cycmanick, juru bicara misi penjaga perdamaian PBB-Uni Afrika di Darfur (UNAMID).
"Ada sejumlah orang yang tewas dan banyak kerusakan pada prasarana di kota itu," katanya. "Bahan bakar dicuri dan sejumlah tempat dijarah."
UNAMID memiliki sebuah pangkalan di luar Girayda dan daerah itu juga merupakan tempat pengungsian penduduk Darfur yang melarikan diri dari konflik yang telah berlangsung hampir satu dasawarsa.
Gerilyawan menyatakan, mereka menguasai kota itu dari pasukan pemerintah, dalam peningkatan terakhir konflik di Darfur.
Kelompok gerilya Tentara Pembebasan Sudan (SLA) kubu Minni Minnawi mengatakan, mereka melancarkan serangan bersama gerilyawan dari kelompok lain SLA yang dipimpin Abdelwahid Nur.
SMC mengutip seorang juru bicara pemerintah negara bagian Darfur Selatan yang mengatakan, operasi untuk merebut kembali kota itu dimulai Selasa malam dan "berlangsung selama beberapa jam" untuk mengusir gerilyawan ke pinggiran sebuah distrik yang berdekatan.
Menurut juru bicara itu, pemberontak mengalami "kekalahan besar" dan pasukan tambahan pemerintah telah dikirim ke daerah tersebut. Girayda terletak sekitar 100 kilometer sebelah selatan Nyala, ibu kota negara bagian Darfur Selatan.
Gerakan Keadilan dan Persamaan Hak (JEM) dan kelompok-kelompok gerilya lain Darfur telah berjanji menggulingkan rezim Khartoum, yang mereka anggap tidak mewakili keragaman politik, etnik dan keagamaan di Sudan.
Sejumlah kelompok gerilya Darfur, khususnya JEM dan Tentara Pembebasan Sudan (SLA), memberontak pada 2003 untuk menuntut otonomi lebih luas bagi wilayah barat yang gersang itu. Mereka kini dianggap sebagai kelompok pemberontak yang paling kuat.