REPUBLIKA.CO.ID, SINGAPURA---Harga minyak turun di perdagangan Asia dipicu oleh data perdagangan Cina yang melemah dan juga meningkatnya produksi minyak mentah Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC), kata analis.
Kontrak utama New York, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juni turun 94 sen ke posisi 96,14 dolar AS per barel, sementara minyak mentah Brent North Sea penyerahan Juni turun 81 sen menjadi 111,92 dolar AS per barel.
"Data perdagangan Cina yang lebih rendah dari pada yang diperkirakan, juga produksi OPEC yang lebih tinggi serta bukti penguatan pasar tenaga kerja Amerika Serikat telah memperkeruh 'outlook' permintaan minyak," kata Phillip Futures dalam sebuah komentar pasarnya.
Data kepabeanan resmi yang dirilis Kamis menunjukkan bahwa impor di Cina--konsumen energi utama dunia--naik tipis 0,3 persen (year-on-year) menjadi 144,83 miliar dolar pada April, menambah pertanyaan seputar kemampuan pemerintah untuk mendorong permintaan domestik.
Ekspor Cina ke Uni Eropa yang dililit utang tumbuh lebih dari 0,3 persen dari Januari hingga April, refleksi indikasi baru-baru ini kontraksi di aktivitas manufaktur.
Kinerja perdagangan Cina yang lemah dapat menjadikan pemerintah kehilangan kebijakan moneter guna mendorong ekspansi dan hilangnya target pertumbuhan tahunan, kata Phillip Futures.
Kenaikan dalam produksi OPEC juga telah menekan harga, kata analis. Dalam laporan terakhirnya, OPEC yang beranggotakan 12 negara itu menyebutkan bahwa pihaknya memompa 31,62 juta barel per hari minyak mentah pada April, naik 0,32 juta barel per hari dari Maret, dengan Irak, Libya, Arab Saudi , Nigeria dan Angola menekan produksinya dalam upaya menstabilkan harga.
Pasar juga tetap mendapat tekanan akibat kekhawatiran seputar situasi zona euro setelah pemilihan di Yunani dan juga Perancis telah menggarisbawahi penolakan publik dari langkah-langkah penghematan sehubungan dengan krisis utang zona euro.