Sabtu 12 May 2012 05:43 WIB

Cemaskan Cina dan Yunani, Minyak Dunia Merosot

Harga minyak dunia melonjak (ilustrasi)
Harga minyak dunia melonjak (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK---Harga minyak jatuh pada Jumat (Sabtu pagi WIB), karena para pedagang khawatir tentang data ekonomi Cina yang mengecewakan dan Yunani yang didera utang.

Di Yunani sebuah pemilu ulang hampir pasti dilakukan setelah partai-partai penentang penghematan terhalang membentuk pemerintahan baru.

Kontrak utama New York, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juni, merosot 95 sen dari Kamis menjadi ditutup pada 96,13 dolar AS per barel.

Minyak mentah Brent North Sea untuk penyerahan Juni menetap di 112,26 dolar AS per barel, turun 47 sen di perdagangan London.

"Kami memiliki pekan untuk minyak mentah yang jelas bearish," kata Matt Smith di Summit Energy.

Pada Jumat, pemimpin sosialis Yunani mengakui bahwa dia gagal dalam upaya terakhir untuk membentuk pemerintahan, dengan negara selangkah lebih dekat untuk mengulang pemilu karena menghadapi peningkatan tekanan Uni Eropa tentang keuangannya.

Bos partai sosialis Evangelos Venizelos adalah pemimpin partai ketiga yang mencoba dan gagal membentuk pemerintah bersama setelah pemilu yang tidak meyakinkan Minggu melihat reaksitak menyenangkan terhadap langkah-langkah penghematan menyakitkan.

Putaran terbaru dalam drama politik berliku-liku terjadi karena juru bayar Uni Eropa Jerman mengancam akan memotong pinjaman negara itu dan mengisyaratkan bahwa zona euroyang sarat krisis bisa hidup tanpa Yunani.

Tanda-tanda perlambatan baru pertumbuhan di Cina, konsumen energi terbesar di dunia, juga memperlemah sentimen pasar.

Cina pada Jumat mengatakan bahwa pertumbuhan produksi (output) industri mencapai tingkat terendah dalam tiga tahun pada April, menambah tekanan pada Beijing untuk memperlonggar kebijakan moneter.

Data resmi menunjukkan, produksi industri naik 9,3 persen bulan lalu, kecepatan paling lambat sejak Mei 2009 dan jauh di bawah harapan.

"Angka-angka produksi industri China benar-benar memukul pasar," kata Smith.

"Perekonomian Cina bahkan lebih lemah dari yang diperkirakan, dengan pertumbuhan produksi industri kembali ke satu digit untuk pertama kalinya sejak krisis keuangan global," kata Ren Xianfang, ekonom di IHS Global Insight.

Badan Energi Internasional menaikkan sedikit perkiraannya untuk pertumbuhan permintaan minyak tahun ini, tetapi memperingatkan risiko geopolitik atas sengketa program nuklir Iran.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement