REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT---Pemimpin Hizbullah Lebanon Sayyed Hassan Nasrallah mengatakan, kelompoknya mampu menyerang setiap sasaran di Israel dan "hari-hari ketika kami melarikan diri dan mereka tidak telah berakhir".
"Hari ini kami tidak hanya mampu menyerang Tel Aviv sebagai sebuah kota namun, insya Allah, juga menghantam sasaran-sasaran tertentu di Tel Aviv dan tempat mana pun di Palestina yang diduduki (Israel)," kata Nasrallah dalam pernyataan yang disiarkan televisi.
"Untuk setiap bangunan yang hancur di Dahiya, sebuah bangunan akan dihancurkan di Tel Aviv," katanya, menunjuk pada markas Hibullah di daerah pinggiran Beirut selatan.
Pernyataan Nasrallah itu merupakan salah satu yang tersengit terhadap Israel dalam beberapa bulan ini dan disampaikan di tengah ketegangan antara Israel dan pendukung utama Hizbullan, Iran.
Israel bersikeras bahwa proyek pengayaan nuklir Iran digunakan untuk membuat bom atom dan memperingatkan bahwa negara Yahudi itu bisa melancarkan serangan untuk menghentikan Teheran. Iran mengatakan, program nuklirnya hanya untuk tujuan sipil.
Hizbullah telah lama dianggap sebagai wakil dari Iran dan Suriah dan banyak analis berpendapat bahwa jika Israel menyerang Iran, maka kelompok pejuang garis keras itu akan membalas tembakan mereka.
"Hari-hari kami terpaksa meninggalkan rumah kami dan mereka tidak mengungsi telah berakhir," kata Nasrallah, yang disambut teriakan riuh dari massa pendukung yang menyaksikan pidatonya.
"Hari-hari ketika kami takut dan mereka tidak takut telah berakhir," katanya. "Dan kami mengatakan kepada mereka: Waktunya telah tiba ketika kami tetap tinggal dan kalian lenyap."
Hizbullah adalah sebuah partai politik kuat yang sekaligus kelompok militan di Lebanon dan berperang dengan Israel pada 2006. Kelompok itu mengklaim kemenangan meski di Lebanon banyak korban berjatuhan dan banyak daerah dibom.
Nasrallah menyampaikan pernyataan itu pada acara yang menandai penyelesaian proyek renovasi Hizbullah bagi daerah sekitar di Beirut selatan yang rusak akibat pemboman Israel dalam perang pada 2006.