Sabtu 12 May 2012 21:37 WIB

Tangis Haru Iringi Kepulangan Relawan MER-C

Relawan MER-C saat berpamitan dengan masyarakat Gaza, Palestina.
Foto: Dok MER-C Gaza
Relawan MER-C saat berpamitan dengan masyarakat Gaza, Palestina.

REPUBLIKA.CO.ID,  GAZA – Setelah sekitar 1,5 tahun berada di Gaza guna mengawal pembangunan Rumah Sakit Indonesia (RSI) di Jalur Gaza, Palestina, tiga orang relawan MER-C kembali ke Tanah Air. 

Ketiga orang relawan tersebut adalah Edy Wahyudi, Ahmad Fauzi dan Darusman. "Momen yang sangat mengharukan di mana ketika kita harus terpisah dengan seorang yang sudah seperti saudara kandung sendiri," ungkap Abul Ghazi dalam surat elektronik yang dikirimkan ke ROL, Sabtu (12/5).

Ia menambahkan, setelah berhari-hari selalu bersama dalam suka dan duka, inilah yang terjadi terhadap tiga relawan saat harus kembali ke Indonesia. "Kepulangan mereka setelah berakhirnya pembangunan tahap satu RSI Gaza, dilepas haru oleh masyarakat Gaza," tutur Ghazi.

Abu Abdallah Shanti, seorang pemuka masyarakat di Gaza Utara, turut melepas kepergian para relawan di lokasi RSI. Ia menyampaikan salam kepada masyarakat Indonesia dan mengucapkan terima kasih kepada MER-C yang telah berusaha membuat sebuah rumah sakit di Jalur Gaza.

“Kami tidak bisa membayangkan jika kami seperti kalian, membantu kami di sini dengan meninggalkan segalanya di tanah air kalian. Maafkan kami, jika kami tidak bisa memuliakan kalian sebagai tamu di sini," ujar Abdallah tak kuasa menahan air matanya.

Memang, sedikit banyak kehadiran relawan Indonesia di Gaza memberikan isnpirasi dan semangat tersendiri bagi rakyat Gaza khususnya. Mereka sangat merasakan dukungan moril yang begitu besar dari rakyat Indonesia.

Dibangunnya sebuah rumah sakit di Gaza, bantuan dari rakyat Indonesia merupakan sesuatu yang sangat berarti bagi mereka. Terlebih lagi, pembangunan tersebut diawasi langsung oleh insinyur-insinyur dari Indonesia, sehingga membuat bantuan ini terasa berbeda dari yang lainnya.

Jomah An-Najjar, salah seorang warga Gaza yang selalu membantu para relawan pun demikian. Ia merasa berat melepas kepergian saudaranya kembali ke kampung halaman. “Kalian adalah bagian dari keluarga kami. Lebih dari satu tahun kita bersama. Kita mengalami masa-masa sulit di daerah blokade ini, sungguh sangat berat melepas kepulangan kalian," ujarnya dengan air mata berderai.

"Jangan lupakan kami, kami sangat berharap antum (anda semua) bisa kembali lagi kemari, melanjutkan perjuangan bersama kami," harap Jomah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement