REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV - Israel mempertimbangkan untuk mengurangi pasokan listrik ke Jalur Gaza musim panas ini. Menteri Lingkungan Israel Gilad Erdan mengatakan, pengurangan listrik dilakukan jika negara zionis ini mengalami kekurangan daya.
Erdan, anggota Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dari partai sayap kanan Likud, telah mengajukan proposal dalam sebuah surat kepada perdana menteri, yang dijadwalkan untuk dibahas masalah tersebut dalam rapat kabinet, Ahad.
"Jika ada kekurangan listrik di Israel musim panas ini, pasokan listrik ke Jalur Gaza harus dihentikan. Listrik di Gaza mewakili 4,5 persen dari produksi Israel," kata surat itu.
Produksi listrik, tambah Erdan, akan kurang dari permintaan musim panas ini. "Kami melihat menggunakan metode produksi yang telah ada lebih banyak menghasilkan polusi dan diharapkan sumber energi alternatif yaitu tenaga surya tapi kami masih mungkin melakukan pemadaman listrik."
"Jika kami berada dalam situasi tersebut bahwa akan masuk akal bagi Israel untuk menjadi yang pertama terpengaruh, sementara pada saat yang sama kami terus menyediakan listrik ke Gaza, padahal mereka tidak membayar," katanya, mengacu pada keterlambatan pembayaran oleh otoritas Palestina untuk 120 megawatt listrik yang dipasok Israel ke jalur Gaza.
Juru bicara gerakan Islam Hamas yang mengontrol Gaza, Fawzi Barhum, mengatakan ancaman Erdan merupakan wajah sesungguhnya dari pendudukan Israel.
"Apa yang diperlukan dari negara-negara Arab, dan Mesir khususnya, adalah penciptaan jaringan keselamatan bagi Arab Mesir untuk warga Gaza sebagai alat menekan Zionis," ujarnya.
Pembangkit energi Israel sangat tergantung pada pasokan gas alam dari Mesir, yang telah terputus beberapa kali sejak revolusi tahun lalu.