REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK---Harga minyak jatuh pada Senin (Selasa pagi WIB), karena dolar menguat terhadap euro di tengah meningkatnya kekhawatiran atas ketidakmampuan para politisi Yunani untuk membentuk pemerintahan.
Kontrak utama New York, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juni ditutup pada 94,78 dolar AS per barel, turun 1,74 dolar AS dari penutupan Jumat. Sebelumnya, kontrak acuan WTI mencapai 93,63 dolar AS, tingkat terendah harian sejak Desember 19.
Di London, minyak mentah Brent North Sea untuk penyerahan Juni turun 69 sen menjadi menetap pada 111,57 dolar AS per barel, setelah sebelumnya tenggelam ke titik terendah hampir empat bulan di tingkat 110,04 dolar AS.
Dalam dua minggu terakhir, kontrak New York WTI telah kehilangan sekitar 10 dolar AS. "Yunani," kata Tom Bentz dari BNP Paribas, menjelaskan alasan di balik kelemahan di pasar. "Mereka gagal datang dengan perjanjian pemerintah koalisi dan pasar hanya khawatir bahwa Yunani bisa keluar dari zona euro," kata Bentz.
Yunani telah berada dalam kebuntuan politik sejak pemilu 6 Mei ketika anti penghematan bereaksi melucuti mayoritas parlemen dari partai yang mendukung program bailout (dana talangan) dan langkah-langkah pemotongan utang.
Pada Senin, partai politik Yunani kembali gagal membentuk pemerintahan yang akan melaksanakan bailout utang Uni Eropa-IMF yang menyakitkan.
Tingginya risiko tersebut meningkatkan dolar AS, membuat minyak yang dihargakan dalam dolar lebih mahal untuk pembeli yang menggunakan mata uang lemah. Euro menukik menjadi 1,2830 dolar, titik terendah sejak 18 Januari.
Sentimen pasar minyak juga diperlemah oleh Arab Saudi yang menyerukan penurunan lebih jauh harga minyak mentah. "Kita perlu mendapatkan harga pada tingkat sekitar 100 dolar AS. Sekarang, masih tinggi," Menteri Perminyakan Saudi Ali al-Naimi seperti dikutip pada Minggu oleh Dow Jones Newswires.
Dia merujuk langsung ke minyak mentah Brent, kontrak minyak yang paling banyak diperdagangkan di seluruh dunia.
Berbicara kepada wartawan di Australia, Menteri Perminyakan Saudi menambahkan bahwa stok minyak mentah global yang cenderung meningkat menjelang sebuah musiman yang diantisipasi "rebound" (berbalik naik) dalam permintaan mulai Juli.
"Sangat penting untuk menyadari bahwa pasokan hari ini 1,3 juta sampai 1,5 juta barel per hari di atas permintaan, ini baik. Hal ini akan menjadikan persediaan dan membawa persediaan naik -- itu akan memberikan kenyamanan bagi negara-negara konsumen," katanya.