REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Amerika Serikat, Kamis (17/5), mempertahankan keputusannya untuk memberi visa kepada putri Presiden Kuba Raul Castro. AS mengatakan tak ada larangan tertentu mengenai kunjungan pejabat dari negara komunis tersebut.
Mariela Castro, ahli seksologi yang mendukung hak gay, dijadwalkan menghadiri konferensi tahunan 'Latin American Studies Association' pada 23-26 Mei di San Francisco.
"Kami tak mengaitkan kebijakan visa dalam kasus seperti ini dengan hubungan yang lebih luas di bidang politik ekonomi dan hak asasi manusia dengan semua negara," kata Juru Bicara Departemen Luar Negeri AS, Victoria Nuland, kepada wartawan. "Tak ada pembatasan tertentu mengenai pemberian visa kepada warganegara Kuba. Dalam semua kasus, visa dikeluarkan buat tujuan perjalanan sah di Amerika Serikat, termasuk menghadiri konferensi, mengikuti pelajaran, dan lain-lain."
Namun, beberapa anggota parlemen mengecam tindakan tersebut. Senator Partai Republik, Marco Rubio, mengecam keputusan itu sebagai kekeliruan sangat besar dan memalukan. Senator Robert Menendez, anggota Demokrat dari New Jersey, melontarkan kecaman serupa.
"Baik Pemerintah Amerika Serikat maupun Latin American Studies Asscociation tak boleh berurusan dalam penyediaan buat rejim totalitarian seperti Kuba,'' tandas Menendez.