REPUBLIKA.CO.ID, Puluhan ribu warga Bahrain menggelar konsentrasi massa di luar ibu kota, Manama, untuk memprotes rencana merger Saudi-Bahrain yang digulirkan Riyadh.
Pengunjuk rasa Bahrain mengekspresikan kemarahan mereka terhadap tawaran Saudi tersebut. Mereka juga meneriakkan slogan-slogan menentang penguasa negara mereka, Raja Hamad bin Isa Al Khalifa.
Aksi protes serupa terjadi di Sitra, Nuwaidrat dan Bilad al-Qadim yang berubah menjadi kekerasan setelah pasukan Bahrain yang didukung tentara Saudi menembakkan gas air mata ke arah pengunjuk rasa.
Oposisi Bahrain memandang rencana merger yang diusulkan Riyadh merampas kemerdekaan negaranya, dan upaya untuk memberikan kekuasaan lebih besar bagi pasukan keamanan Saudi untuk memberangus protes anti-pemerintah Al Khalifa.
Sementara itu, ulama Bahrain Sheikh Isa Qassim mengatakan bahwa usul tersebut harus diputuskan melalui referendum. Warga Bahrain memiliki "hak untuk menentang atau menyetujui tawaran ini," kata Qasim.
"Mengapa mencegah orang mengungkapkan sikap oposis mereka, dan perlawanan damai yang sah untuk sebuah proyek yang sedang dipaksakan terhadap mereka?" tanyanya.
Menurut laporan terbaru, Arab Saudi berusaha untuk bergabung dengan Bahrain yang sejalan dengan rencana menyatukan enam negara anggota Arab di Dewan Kerjasama Teluk Persia (P-GCC). Rencananya Saudi akan memberikan Manama otonomi politik internal sementara Riyadh akan tetap bertanggung jawab atas urusan militer negara itu.