REPUBLIKA.CO.ID, DUBAI -- Uni Emirat Arab, Qatar dan Bahrain pada Sabtu memperingati warganya untuk menghindari perjalanan ke Lebanon menyusul bentrokan yang terjadi terkait konflik di negara tetangga Suriah itu yang telah menyebabkan 10 orang tewas.
"Kementerian Luar Negeri Uni Emirat telah mendesak warganya untuk tidak bepergian ke Lebanon sampai situasi keamanan di Lebanon pulih," kata kementerian yang disiarkan kantor berita WAM. "Saran ini dikeluarkan "untuk menjamin keamanan warga negara," kata pejabat senior Kementerian Luar Negeri Issa Abdullah al-Kalbani dalam pernyataan itu.
Kalbani juga meminta warganya yang ada di Lebanon untuk segera meninggalkan Lebanon. Mereka juga tidak diizinkan menetap dengan alasan apapun dan diminta segera menghubungi kedutaan UAE di Beirut terkait keberadaan mereka.
Qatar juga mengeluarkan peringatan serupa karena "situasi keamanan yang tidak stabil" di Lebanon, kata kantor berita QNA.
Bahrain juga meminta warganya untuk tidak bepergian ke Lebanon untuk memastikan "keamanan dan keselamatan" mereka dan mendesak mereka yang ada di Lebanon untuk, "Segera meninggalkan atau
tinggal jauh dari daerah yang tidak aman," lapor kantor berita resmi BNA.
Terkait hal ini Menteri Luar Negeri Lebanon Adnan Mansur, menyerukan negara-negara Teluk "untuk meninjau keputusannya karena situasi di Lebanon tidak sesuai dengan kekhawatiran mereka," kata Kantor Berita Negara Lebanon NNA.
Bentrokan sektarian terjadi di kota pelabuhan utara Lebanon Tripoli selama beberapa pekan terakhir telah menyebabkan 10 orang tewas dan memicu kekhawatiran bahwa pemberontakan mematikan yang melanda Suriah sejak Maret 2011 bisa meluas ke Lebanon.
Ketegangan antara komunitas Sunni dan Alawit di Tripoli dipicu oleh pemberontakan dan kedatangan ribuan pengungsi Suriah yang melarikan diri dari kekerasan di negara mereka ke Tripoli.
Bentrokan terakhir pecah akhir pekan lalu setelah seorang Sunni ditangkap dengan tuduhan menjadi anggota organisasi teroris. Para pendukungnya mengatakan bahwa dia ditargetkan karena membantu pengungsi Suriah.
Sejak pecah pemberontakan terhadap Presiden Suriah Bashar al-Assad pada Maret 2011, Tripoli telah menjadi tempat yang aman bagi aktivis dan ribuan pengungsi.