Selasa 22 May 2012 05:35 WIB

Alqaidah: Serangan Bom Yaman adalah Balas Dendam

Pasukan militer Yaman
Foto: Hani Mohammed/AP
Pasukan militer Yaman

REPUBLIKA.CO.ID, Alqaidah mengatakan serangan bom bunuh diri hari Senin di Yaman yang menewaskan sedikitnya 96 tentara dan melukai lebih dari 200 orang lain adalah pembalasan dendam atas apa yang disebutnya perang dukungan Amerika terhadap pengikut organisasi itu. 

Pejabat Yaman mengatakan seorang yang diduga prajurit pembelot meledakkan bom itu ketika ratusan tentara lainnya berbaris untuk gladi resik parade militer di ibu kota, Sana’a. Para tentara itu bersiap untuk parade hari Selasa untuk memperingati unifikasi Yaman utara dan selatan.

Afiliasi Alqaidah yang berbasis di Yaman mengatakan serangan tersebut diarahkan ke para komandan senior Yaman. Serangan terjadi pada saat ofensif pemerintah Yaman yang didukung Amerika terhadap militan yang merebut kawasan-kawasan di selatan tahun lalu, ketika negara itu dilanda pergolakan menentang presiden saat itu, Ali Abdullah Saleh.

Sekretaris Jendral PBB Ban Ki-moon mengecam keras pemboman hari Senin, dan mengatakan para pelaku serangan teroris itu harus dimintai pertanggungjawaban. Ia mengimbau rakyat Yaman agar menolak penggunaan kekerasan dan menerapkan sepenuhnya kesepakatan transisi politik yang membuat Saleh mundur bulan Februari lalu setelah pemerintahan otoriter selama 33 tahun.

Baik menteri pertahanan dan kepala staf gabungan Yaman ikut dalam gladi resik di Sana’a itu, tetapi tidak mengalami cedera. Pihak Alqaidah di Semenanjung Arab mengatakan menteri pertahanan itu adalah target serangan bom dan memperingatkan akan lebih banyak serangan jika ofensif pemerintah tidak dihentikan.

Presiden Yaman Abed Rabbo Mansour Hadi, yang menggantikan Saleh, menanggapi serangan itu dengan tekad melanjutkan perang melawan Alqaidah. Ia juga memecat dua komandan militer senior Yaman, yang adalah sekutu pendahulunya. Presiden Hadi berjanji melakukan restrukturisasi militer dan membersihkannya dari kerabat dan pendukung Saleh yang dicurigai menghambat reformasi.

sumber : voa
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement